Search makalah

Monday 16 July 2018

MAKALAH Empirisme (Thomas Hobbes, John Locke, David Hume )


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari kata yunani yaitu empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio. Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu. Kalaupun menggambarkan sedemikian rupa, tanpa pengalaman hanyalah khayalan belaka.banyak tokoh-tokoh empirisme ini banyak diantaranya ada francis bacon (1210-1292 m) thomas hobbes (1588-1679 m) john locke (1632-11704 m) george berkeley (1665-1753 m) david hume (1711-1776 m) herbert spencer (1820-1903 m).
Pada makalah ini kami dari kelompok ada akan menyajikan materi atau pemikiran-pemikiran para filosof diatas yakni thomas hobbes, john locke, dan daavid hume. Semoga isi makalah dapat dipahami para pembaca.
B.  Rumusan masalah
1.    Bagaimanakah pemikiran-pemikiran thomas hobbes ?
2.    Bagaimanakah pemikiran-pemikiran john lock ?
3.    Bagaimana pemikiran-pemikiran david hume?
C.  Tujuan
1.    Dapat mengetahui pemikiran-pemikiran yang dimiliki Thomas Hobbes
2.    Memahami pemikiran-pemikiran dari John Locke
3.    Mengetahui pemikiran yang dikeluarkan oleh David Hume


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Thomas Hobbes







Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury,sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London. Ia dilahirkan pada tanggal 15 April 1588. Ketika Hobbes dilahirkan, armada Spanyol sedang menyerbu Inggris. Ayah Hobbes adalah seorang pendeta di Westport, bagian dari Malmesbury. Ayahnya bermasalah dengan pihak gereja sehingga melarikan diri dari kota tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya.
Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall,Oxford pada usia 14 tahun. Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles. Ia lebih suka membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru serta mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang. Karena itulah, astronomi adalah bidang sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh Hobbes.
Ketika belajar di Universitas Oxford dia menjadi pengajar pada suatu keluarga yang terpandang. Hubungan dengan keluarga tersebut memberi kesempatan kepadanya untuk membaca buku-buku, bepergian ke negeri asing dan bertemu tokoh-tokoh penting. Simpatinya pada sistem kerajaan terjadi saat Inggris dilanda perang saudara yang mendorongnya untuk lari ke Prancis. Disanalah dia mengenali filsafat Descartes dan pemikir-pemikir Prancis lainnya. Karena sangat terkesan dengan ketepatan sains, ia berusaha menciptakan filsafat atas dasar Matematika.[1]
Hobbes dikenal sebagai salah seorang perintis kemandirian filsafat. Hobbes berpendapat bahwa selama ini, filsafat banyak disusupi gagasan religius. Hobbes menegaskan bahwa obyek filsafat adalah obyek-obyek lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya. Menurutnya, substansi yang tak dapat berubah, seperti Allah, dan substansi yang tak dapat diraba secara empiris, seperti rohmalaikat, dan sebagainya, bukanlah obyek dari filsafat. Hobbes menyatakan bahwa filsafat harus membatasi diri pada masalah kontrol atas alam.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Hobbes menyatakan hanya ada empat bidang di dalam filsafat, yakni:
1.      Geometri, yang merupakan refleksi atas benda-benda dalam ruang.
2.      Fisika, yang merupakan refleksi timbal-balik benda-benda dan gerak mereka.
3.      Etika, yang dalam pengertian Hobbes dekat dengan psikologi. Maksudnya, refleksi atas hasrat dan perasaan manusia serta gerak-gerak mentalnya.
4.      Politik, yang adalah refleksi atas institusi-institusi sosial.
Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau tentang penampakan-panampakan yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau asalnya. [2]
Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati untuk mencari sebab-sebabnya. Adapun alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dengan kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam pengamatan disajikan fakta-fakta yang dikenal dalam bentuk pengertian-pengertian yang ada dalam kesadaran kita. Sasaran ini dihasilkan dengan perantaraan pengertian-pengertian; ruang, waktu, bilangan dan gerak yang diamati pada benda-benda yang bergerak.
Menurut Hobbes, tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda-benda itu. Segala gejala pada benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanya perasaan yang ada pada si pengamat saja. Segala yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Dunia adalah keseluruhan sebab akibat termasuk situasi kesadaran kita.
Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi  pada awal gerak reaksi tadi.
Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nama belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam pikiran orang.
Hobbes juga berbicara tentang filsafat politik. Hobbes ingin membangun filsafat politik yang daapat membantu menciptakan negara yang aman dan adil. Ia mencoba menciptakan dalil-dalil dasar yang pasti (model matematika) untuk membangun masyarakat yang aman itu. Untuk itu, bagi Hobbes masyarakat harus dilihat sebagai arloji, tidak memiliki kebebasan dan tidak bertindak menurut akal budinya, melainkan menurut mekanisme psikis yang ada di dalam dirinya. Karena manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu dan persaingan, bagi Hobbes, maka negara haruslah seperti Leviatan dengan kekuasaan mutlak dan menakutkan sehingga setiap warga negara tunduk pada kehendak negara.[3]
Disini Hobbes menolak tradisi skolastik dalam filsafat dan berusaha menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada pikirannya tentang manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk menerima materalisme, mekanisme, dan determinisme. Karya utamanya dalam filsafat adalah Laviathan pada tahun 1651, mengespreksikan pandangannya tentang hubungan antara alam, manusia dan masyarakat. Hobbes melukiskan manusia-manusia ketika mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan State of Nature(keadaan alamiah) yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya suatu negara atau masyarakaat beradab. Kehidupan pada masa alamiah adalah buas dan singkat, karena maerupakan keadaaan perjuangan dan peperangan yang terus-menerus. Karena manusia menginginkan kelangsungan hidup dan perdamaian, ia mengalihkan kemauannya pada kemauan negara dalam suatu kontrak sosial yang membenarkan kekuasaan tertinggi yang mutlak.
Adapun bagian ajaran Hobbes yang termasyhur adalah pendapatnya tentang filsafat politik. Ia mengingkari bahwa manusia menurut kodratnya adalah makhluk sosial. Satu-satunya kecenderungan kodrati manusia ialah mempertahannkan adanya. Hal tersebut mengakibatkan suatu egoisme radikal: homo homoni lupus (manusia adalah manusia bagi manusia). Akan tetapi dalam keadaan demikian manusia justru tidan mempertahannkan adanya. Itulah sebabnya manusia mengadakan perjanjian, yaitu bahwa mereka akan takluk pada suatu kewibawaan. Dengan demikian negarapun timbul. Namun setelah negara itu timbul, perjanjian itu tidak lagi bisa dicabut, sehingga dengan demikian negara mempunyai kekuasaan yang absolut terhadap warga negara.[4]
Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang “yang ada” secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang materialis dibidang ajaran tentang antropogi serta seorang absolut dibidang ajaran tentang negara.
1.      Filsafat Materialisme
Materialisme yang dianut Hobbes dapat dijelaskan sebagai berikut. Segala sesuatu yang ada itu bersifat bendawi. Yang di maksut dengan bendawi adalah segala sesuatu tidak bergantung kepada gagasan kita. Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah gerak, yang berlangsung karena keharusan. Realitas segala yang bendawi, yaitu yang tidak bergantung kepada gagasan kita, terhisab didalam gerak itu. Dengan demikian pengertian substansi diubah menjadi suatu teori aktualitas. Segala objektivitas didalam dunia luar bersandar kepada suatu proses tanpa pendukung yang berdiri sendiri. Ruang atau keluasan tidak memiliki “ada” sendiri. Ruang adalah  gagasan tentang hal yang berada itu sendiri. Waktu adalah gagasan tentang  gerak. Berdasarkan pandangannya itulah, ia melahirkan filsafatnya tentang manusia.
2.      Manusia
Manusia tidak lebih dari suatu bagian dalam bendawi yang mengelilinginya. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia pun dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.
3.      Jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa itupun sejalan dengan ajaran filsafat dasarnya, sehingga jiwa baginya merupakan komplek dari proses-proses mekanis didalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan, melainkan hasil perkembangan dari kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang kecil. Awal gerak yang kecil ini kalu diarahkan untuk menuju pada sesuatu disebut dengan keinginan yang sama dengan kasih, jika diarahkan untuk meninggalkan sesuatu disebut dengan keseganan yang sama dengan keinginan atau kengganan, tetapi hal yang sama dengan itu.
Namun demikian, yang terkuat adalah jika terjadi bentrokan-bentrokan. Oleh sebab itu Hobbes merupakan orang yang tidak mengakui kehendak bebas.
4.      Teori pengenalan
Teori pengenalan ini atau bisa disebut dengan pengetahuan menurut Hobbes diperoleh karena adanya pengalaman. Pengalaman adalah awal dari pengetahuan. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian hanyalah pengalaman yang memberi jaminan kepastian.
Yang dimaksut dengan pengalaman disini ialah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan didalam ingatan atau digabungkan dengan sesuatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lain. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda diluar kita menyebabkan adanya suatu gerak didalam indera kita.gerak ini diteruskan ke otak dan dari otak diteruskan ke jantung. Didalam jantung timbullah suatu reaksi, suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi tadi.
Sasaran yang diamati adalah sifat-sifat inderawi. Penginderaan disebabkan oleh tekanan objek atau sasaran. Kualitas didalam objek-objek, yang sesuai dengan pengindraan kita, bergerak menekan indera kita. Warna yang kita lihat, suara yang kita dengar, bukan berada dalam gambaran tentang sebab yang menimbulkan pengindraan. Ingatan, rasa senang atau tidak senang dan segala gejala jiwa, bersandar semata-mata pada sisi gambaran yang murni yang bersifat mekanis.
Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yanag merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data indrawi belaka.
Pengikut Thomas Hobbes berpendapat bahhwa pengalaman indrawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data indrawi belaka.



B.     John Locke



John Locke adalah filosof yang berasal dari Inggris.Beliau dilahirkan di Wrington Somerst pada tanggal 29 Agustus 1632. Locke belajar di Westminster School selama lima tahun yaitu pada tahun 1647-1652 Pada tahun itu juga hingga tahun 1656 ia melanjutkan studinya di Christ Church, Oxford untuk mempelajari agama dan mendapat gelar B.A. disana. Kemudian ia melanjutkan studinya lagi untuk mendapatkan gelar M.A.
Tahun 1664 Locke diangkat sebagai pejabat penyensor buku-buku filsafat moral.Ia juga belajar ilmu kedokteran dan mahir dalam bidang ini. Pada tahun 1665 bersama Sir Walter Vane ia mengikuti sebuah misi diplomatik ke Elector Of Brandenburg tetapi kemudian ia menolak tawaran kerja diplomat dan kembali ke Oxford. Di sana ia mengonsentrasikan seluruh perhatiannya pada filsafat dan menemukan minat yang sama pada Earl of Shaftesbury yang mengundang Locke untuk tinggal di London house-nya. Di sana Locke mengembangkan ilmu politik dan filsafat sekaligus menjadi dokter pribadi bangsawan Earl of Shaftesbury.
Pada tahun 1683 Shaftesbury terancam akan di-impeacchment karena telah melakukan pengkhianatan. Pada saat itu juga Locke lari ke Belanda dan di sana ia menulis esai yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding yang diterbitkan pada tahun 1690. Setelah revolusi tahun 1688, Locke kembali ke Inggris untuk mengiringi raja Orange yang akan menjadi Queen Mary.
Setelah tahun 1690, kesehatan Locke menurun, tetapi beliau masih terus menulis dan melaksanakan tugas-tugasnya. Selama tiga belas tahun terakhir, ia tinggal di Oates dan ia meninggal di sana pada tanggal 28 Oktober 1704.
Karya-karya John Locke, antara lain:
1.      A letter Concerning Toleration (Karangan-karangan tentang toleransi) pada tahun 1689.
2.      An Essay Concerning Human Understanding ( Karangan tentang pengertian manusiawi) pada tahun 1690.
3.      Two Treatises of Government (Dua karangan tentang pemerintahan) pada tahun 1690
Kata empirisme berasal dari bahasa Yunani emperia yang berarti pengalaman. Jadi empirisme merupakan sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan. Empirisme juga berarti sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman manusia didapat dari pengalaman-pengalaman yang nyata dan faktual. Pengalaman yang nyata tersebut didapatkan dari tangkapan panca indra manusia. Sehingga pengetahuan yang didapat melalui pengalaman merupakan sebuah kumpulan fakta-fakta.
Doktrin empirisme tersebut adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok dari empirisme, yaitu:
1.      Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2.      Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3.      Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4.      Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.      Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6.      Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
John Locke dikenal sebagai salah seorang peletak dasar empirisme.Ia terpengaruh oleh pandangan keilmiahan Newton dan filsafat Descartes.Setelah membaca tulisan Descartes,ia tertarik pada filsafat ,tetapi justru mengambil jalan yang berbeda dengan mengkritik pandangan rasionalisme Descartes.
Dari tahun 1674 sampai tahun 1679 Locke berada di Prancis dan membaca karya Descartes.Locke menolak gagasan Descartes mengenai ide dan pengetahuan bawaan.Dengan menyatakan,segala sesuatu yang ada pada pikiran kita,menurut Locke,berasal dari pengalaman inderawi (Teori Tabularasa).Bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih,dan pengalaman inderawilah yang mengisi otak (pikiran) itu( Raiper,2000). Semua ide,menurut Locke ,berasal dari pengalaman,dan itu itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.      Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (external sentation), seperti : penglihatan,pendengaran,sentuhan atau rabaan,penciuman,atau rasa yang masuk ke otak melalui rangsangan pengamatan dunia external.Dalam proses pengamatan,akal budi kita menurut Locke bersifat pasif,dan hanya menerima rangsangan dunia luar apa adanya .
2.      Ide yang berasal dari pengalaman batin atau internal (internal sense atau reflexion); bila pengalaman lahir memberi informasi tentang dunia eksternal,maka pengalaman batin memberi informasi tentang dunia dalam (jiwa).Informasi yang dihasilkan adalah hasil aktivitas pemikiran (refleksi) atas ide-ide kompleks.
Terkait dengan pengalaman eksternal , pengalaman eksternal tersusun dari sifat-sifat yang berhubungan dengan res-extensa: ‘keluasan’,’bentuk,’jumlah’,’gerak’ (data yang terkuantifikasi). Sementara itu pengalaman batin  (reflextion) berupa aktfivitas batin seperti : ‘mengingat,’menggabungkan’,membandingkan’,menghendaki’,mengevaluasi’,memutuskan’,dan lain-lain.
Menurut Locke, isi otak manusia terdiri dari ide-ide. Ide-ide tersebut terdiri dari ‘simple ideas dan complex  ideas’.Simple ideas diartikan sebagai gagasan sederhana atau pengalaman langsung,sedangkan complex ideas  diartikan sebagai hubungan-hubungan dari ide-ide tunggal /gagasan-gagasan simpel itu.Gagasan kompleks itu, misalnya ‘sebab,relasi dan syarat.
Dari pernyataan Locke bahwa ‘semua ide datang dari sensasi dan refleksi’,maka dapat ditafsirkan bahwa suatu ide hanya merupakan suatu “ gambaran mental” atau suatu pengertian yang di tarik dari pengalaman. Maksudnya ,yang kita tangkap melalui sensasi adalah ide dan bukan bendanya. Sensasi berarti memersepsi melalui indra sedangkan refleksi muncul mengikuti sensasi. Locke menyatakan bahwa tanpa mata tidak akan ada warna, tanpa telinga tidak akan ada suara,tanpa hidung tidak akan ada bau. Jadi, sifat-sifat  yang kita tangkap harus di satukan di dalam substansi material (objek), karena itu materi harus ada.pada locke di mungkinkan untuk mengetahui “diri” melalui observasi. Kita menangkap ide tapi bukan bendanya. Akibat ilmu pengetahuan pada akhirnya ternyata di dasarkan pada  keyakinan atau dugaan. Dengan demikian, kebenran ilmu pengetahuan didasarkan pada persepsi yang saling bersinggungan. Jadi, persepsi diandaikan sama pada setiap orang dan tidak menipu kita sebagai mana dikemukakan Plato dan Descartes.
Locke percaya akan adanya tiga macam pengetahuan,yaitu :
1.      Pengetahuan intuitif  ,yang kita peroleh melalui tentang pengetahuan diri kita sendiri.
2.      Pengetahuan demonstratif ,yang melaluinya diperoleh pengetahuan tentang Allah.
3.      Pengetahuan indrawi,yang diperoleh melalui pengetahuan tentang dunia luar.
Locke berpendapat bahwa hanya pengetahuan intuitiflah yang bersifat pasti secara absolut.Yang kedua (pengetahuan demonstratif) juga bersifat pasti.Sedangkan pengetahuan indrawi bersifat problematik.Akan tetapi , pengetahuan indrawi memadai untuk keperluan hidup sehari-hari.















C. David Hume





Hume lahir di Edinburg tahun 1711. Ayahnya meninggal ketika ia masih bayi, mewariskan pada keluarga sebuah perkebunan kecil. Hume adalah seorang murid yang sukses, dan sebagai anak muda, ia memiliki perhatian yang tinggi terhadap sastran dan filsafat. Ia cenderung untuk mengejar karir penelitian ilmiah dan menulis, tetapi pernah sesaat terlepas dari jalan ini oleh keluarganya yang mengajarkan bahwa ia cocok untuk profesi di bidang hukum dan membujuknya untuk belajar hukum. Usaha yang tidak berhasil ini hanya berumur singkat.Karena dihadapkan pada kebutuhan keuangan, Hume pergi ke Bristol dan bekerja di dunia bisnis selama beberapa bulan.Bagaimanapun, pekerjaan ini tidak disukainya. Maka, pada  usia 23 tahun, Hume menerima uang dari keluarganya dan pergi ke Perancis untuk belajar dan menulis. Ia tinggal di sana hingga tahun 1737 dan menulis A Treatise of Human Nature.
Hume memiliki harapan yang tinggi pada karya ini, tetapi penerbitan karya ini tidak banyak mendapat perhatian.
Meskipun patah semangat, karena buruknya penerimaan terhadap Treatise, Hume terus menulis. Di tahun 1741-1742 saat di Skotlandia, ia menerbitkan Essays, Moral and Political. Karya ini mendapatkan kesuksesan, dan Hume bersemangat untuk merevisi Treatise. Sementara itu, ia melamar kedudukan profesor filsafat di Universitas Edinburg, tetapi reputasinya sebagai seorang yang skeptis dan atheis telah merintangi pengangkatan tersebut.
Pada tahun 1751, revisi terakhir bagian pertama dan ketiga karya Treatise diterbitkan masing-masing dengan judul An Enquiry Concerning Human Understanding dan An Enquiry Concerning The Principles of Morals. Kira-kira pada saat yang sama, Hume menulis karya yang berjudul Dialogue Concerning Natural Religion. Dialogue menjelaskan sikap Hume tentang eksistensi Tuhan dan sifat agama.Namun atas saran teman yang memiliki perhatian terhadap sifat pandangannya yang radikal, Hume tidak jadi menerbitkan Dialogue. Dengan ketetapan dari kehendak Hume, karya itu diterbitkan setelah Hume meninggal di tahun 1779. Antara tahun 1752-1757, Hume mengabdi sebagai petugas perpustakaan di Faculty of Advocates di Edinburg.Setelah mendapatkan sumber-sumber dari perpustakaan ini, Hume menulis tentang sejarah Inggris.Karya ini tidak hanya panjang, tetapi juga kontroversial.Bagaimanapun, sebagai akibatnya, semua tulisan Hume menjadi lebih dikenal dan karya-karya itu mendapat pujian luas dari beberapa kalangan. Pujian tersebut terutama datang dari kalangan intelektual Perancis dan ketika Hume pergi ke sana pada tahun 1763 sebagai sekretaris Duta Besar Inggris, ia menerima sambutan hangat. Ia kembali ke London di tahun 1766 bersama Rousseau, meskipun hubungan antara keduanya segera menegang. Setelah mengabdi selama tiga tahun di Undersecretary of State, Hume pensiun di Edinburg dan meninggal di sana tahun 1776.[5]
David hume (1711-1776) adalah tokoh empirisme terkemuka. pemikirannya disebut sebagai puncak empirisme modern. Dia lahir dekat Eidinburg, scotlandia. Hume belajar hukum, sastra dan filsafat dan bekerja sebagai diplomat di inggris, prancis Australia, dan italia. Sewaktu hume tinggal di paris ia bertemu dengan jeanjacques Rousseau, hume seorang yang berupaya keras untuk terkenak melaluai pemikiran dan tulisannya. Bukunya, treatise of human nature, sedikit dibaca dan dipahami di masanya. Karena itu, hume menyatakan,”buku ini sudah mati sejak masih dipercatakan” (Lavin,2002; 139,roninson Dave dan Bill Mayblin, 2004: 60-111). Tulisan-tulisannya yang terpenting (1) A Treatise On Human Nature (karangan tentang kodrat manusia) (1738-1740). (2) An Inquiry Concerning Human Understanding (pemeriksaan tentang pengertian manusia) (1748). (3) An Inquiry In to The Principles Of Morals (pemeriksaan tentang dasar-dasar moral) (1753) (hamersma, 1983: 22).
Hume mengemukakan pandangannya salah satunya lewat buku treatise on human nature, yang ditulis semasa ia berumur 26 tahun. Buku ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, membahas problem epistemology. Kedua, membahas masalah emosi. Ketiga, membahas prinsip-prinsip moral. Hume sudah mempertanyakan yang suda menjadi perhatian kaum empiris sebelumya. Masalah utama yang dia pertanyakan adalah (1) bagaimana kita (anda)tahu? Dan (2) apa yang menjadi sumber atau asal ilmu pengetahuan?
Untuk menolak tentang sumber pengetahuan yang telah di bicarakan oleh kaum empiris dan rasionalis, hume menyatakan bahwa sumber pengetahuan hanya satu, yaitu: persepsi pancaindra. Hume berusaha untuk meruntuhkan filsafat lama yang berpendapat bahwa ada dua sumber pengetahuan. Dua sumber pengetahuan itu dapat dijelaskan seperti ini. Plato dan Descartes menganggap bahwa rasio adalah  sebagai sumber pengetahuan  tingkat tinggi yang dalam istilah plato  sebut episteme.episteme.(pengetahuan yang tidak berubah) bersumber dari rasio atau penalaran deduktif sebagai dasarnya untuk memperoleh pengetahuan yang pasti mengenai dunia idea. Bagi plato pengetahuan yang bersumber dari empiri adalah pengetahuan yang renda (opini), sementara bagi decorates pengetahuan yang membingungkan. Bagi decrates pengetahuan yang  pasti harus bersumber dari gagasan yang jelas dan terpilah. Bagi decorates kejelasan dan kejelasa idea menjadi criteria kepastian  dan kebenaran ilmu pengetahuan (lavine, 2002: 140). Jadi bagi keduanya, ada dua jenis pengetahuan: pertama, pengetahuan biasa( tingkat rendah) yang bersumber dari pengalaman pancaindra; kedua, pengetahuan rasional yang  mengatasi pengetahuan tingkat pertama ( pengetahuan yang abadi dan sempurna). Inilah dua sumber yang dimaksudkan tadi.
Hume menolak keduanya dengan mengemukakan, pengetahuan yang dicapai melalui rasio tentang dunia idea (metafisika) seperti yang dikemukakan plato adalah ilusi, kebohongan (anti metafisika) metafisika yang diakui oleh plato, Decrates, atau Thomas Aquinas, bagi hume adalah suatu “kesombongan yang gegabah” dari orang-orang yang meyakininya. Hume mengemukakan bahwa kita tidak akan pernah tahu alam realitas yang sebenarnya. Gagasan-gagasan yang kita peroleh adalah, menurut hume, gambaran kesan-kesan pengalaman indrawi, yang tinggal dalam penalaran, pemikiran, dan pengingatan kita. Ketika kita berada di dalam ruangan atau kamar tidur umpamanya, maka yang kiya lihat adalah sensasi tentang ukuran (panjang, lebar, tinggi, volume, berat) dari: meja, buku, lampu, dan lain-lain. Kita disini memperoleh pesan-pesan mengenai kamar tidur. Hume mengemukakan: “ ketika aku menutup mataku dan memikirkan kamarku, gagasan yang kubentuk merupakan representasi kesan yang kurasakan; dan tidak ada sesuatupun yang tidak berkaitan……gagasan dan kesan selalu berkaitan satu sama lain.
Hume membedakan antara dua macam persepsi: impression (kesan-kesan) dan idea. Kesan-kesan adalah persepsi indrawi yang masuk ke akal budi, kesan ini bersifat kuat dan hidup. Sementara idea merupakan gambaran yang kabur dari kesan-kesan pemikiran kita. Jadi, ada kaitan antara kesan-kesan dengan idea-idea kita.selanjutnya, hume membedakan antara: kesan-ksan tunggal dengan kesan-kesan majemuk serta ide tunggal dengan idea majemuk. Kesan tunggal adalah kesan tentang objek tunggal sedangkan kesan-kesan majemuk terdiri dari kumpulan dan objek. Setiap persepsi menghasilkan kesan, dan kesan itu menghasilkan ide-ide. Idea tunggal itu mempresentasikan  kesan (tentang objek) dengan tepat.
Hume membedakan kesan atas kesan-kesan sensasi (bersifat material) dan kesan-kesan refleksi/ ide-ide (bersifat rohani). Meja kita ketahui tidak secara langsung, akan tetapi melalui tentang meja. Di sini dibedakan antara: 1) objek yang diketahui (meja); 2) subyek yang mengetahui, dan 3) sensasi yang darinya objek kita simpulkan. (pandangan ini adalah realisme kritis yang tidak menerima begitu saja kesamaan, kesejajaran antara objek(reality) yang diketahui dengan penampakannya melalui indera kita)
Pemikiran hume merupakan penantangan terhadap rasionalisme, terutama tentang gagasan ide-ide bawaan  yang selalu dijadikan landasan ontologism bagi kaum rasionalis dalam memahami dunia sebagai satu kesatuan yang berinterrelasi. Hume juga menolak empirisme  dengan mengakui dengan adanya keterbatasan metode empiris itu. Hume mengemukakan bahwa seluruh ilmu pengetahuan berkaitan denga hakikat manusia.bahkan, ia menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat seluruh ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode ilmu-ilmua alam/ eksperimen adalah metode yang paling tepat untuk ilmu pengetahuan tentang manusia, karna metode ini telah dibuktikan keberhasilannya oleh ilmu-ilmu alam (Copleston, 1959)
Hume mencoret ‘subjek’ atau ‘ aku’ sebagai pusat pengalaman, pusat kesadaran, pemikiran,perasaan dengan menyatakan  bahwa itu semua hanya rangkaian ‘kesan-kasan’ saja. Impresi atau kesan-kesan itu juga merupakan bahan dasar dimana isi ilmu pengetahuan  kita susu (konstruksi). pikiran-pikiran kita hanya sisa-sisa pengalaman indrawi yang menghasilkan kesan-kesan. Dari kesan-kesan itu, disusun connexion dan associations oleh keaktifan kehendak kita. Jadi, ilmu pengetahuan itu, ia hanyalah gagasan yang kita kaitkan melalui hukum penggabungan gagasan.
Bila pengetahuan kita adalah penggabungan gagasan, bagaimana dengan hukum kausalitas, misalnya gravitasi, hukum mekanik? Bagi Hume, hukum kausalitas juga bukan hukum fenomena yang kita tarik dari pengalaman kita secara langsung. Jika kita melemparkan batu ke kaca dan kaca pecah, maka yang terjadi sesungguhnya, menurut Hume, adalah rangkaian peristiwa:
1)      Batu kita ambil,
2)      Kita lemparkan,
3)      Batu melayang lalu kaca pecah.
Jika setelah berpuluh tahun kita melihat matahari terbi dari timur dan tenggelam di barat, maka itu buka gejala kausalitas, tetapi, dalam pandangan hume rangkaian peristiwa yang memeng sudah semestinya berjalan begitu.
Jadi menurut Hume, apa yang kita sebut kausalitas itu bukanlah sebab akibat yang sesungguhnya, karena yang kita sebut sebab-akibat juga adalah rangkaian peristiwa saja, dan buka kausalitas. Kita tidak akan pernah tahu alam atau realitas yang sebenarnya, kita tidak akan pernah tahu apa yang menyebabkan pengindraan kita, kita tidak pernah tahu sifat sejati benda-benda dan mengapa benda tersebut seperti itu. rasio tidak akan pernah mampu menyingkapkan rahasia alam, tujuan atau rencana dunia, karena itu berada di luar jangkauan pengamatan kita.
Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti, api membuat api mendidih. Padahal dalam api tidak dapat diamati adanya daya aktif yang mendidihkan air. Jadi daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu bukanlah yang dapat diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata sebagai benda yang berada dalam air yang direbus. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu. Menurut Hume, pengalamanlah yang memberi informasi yang langsung dan pasti terhadap objek yang diamati sesuai waktu dan tempat. Roti yang telah saya makan, kata Hume, mengenyangkan saya, artinya bahwa tubuh dengan bahan ini dan pada waktu itu memiliki rahasia kekuatan untuk mengenyangkan. Namun, roti tersebut belum tentu bisa menjadi jaminan yang pasti pada waktu yang akan datang karena roti itu unsurnya telah berubah karena tercemar dan kena polusi dan situasipun tidak sama lagi dengan makan roti yang pertama. Jadi, pengalaman adalah sumber informasi bahwa roti itu mengenyangkan, untuk selanjutnya hanya kemungkinan belaka bukan kepastian.
Teori hume tentang eksistensi tuhan. Hume mengkritik keras ketiga bukti keberadaan Tuhan yang disampaikan Descartes.Dua bukti pertama Descartes mengenai keberadaan Tuhan adalah bukti sebab-akibat.Keduanya membuktikan bahwa Tuhan ada sebagai satu-satunya sebab munculnya gagasanku mengenai Dia dan munculnya gagasan mengenai keberadaanku sebagai benda yang berpikir.Namun kita tidak mempunyai kesan indera mengenai Tuhan sebagai suatu sebab, kita juga tidak mempunyai kesan apapun mengenai benda berpikir sebagai akibat. Apalagi, pada kedua bukti sebab-akibat mengenai keberadaan Tuhan ini, Descartes mendasarkan diri pada kejelasan dan kejernihan pemikiran bahwa sebab harus sama nyatanya dengan akibatnya. Bagi Descartes gagasan ini sangat jelas sehingga tidak ada pikiran rasional apapun yang bisa meragukannya, namun bagi Hume gagasan ini sangatlah tidak berarti.Gagasan tersebut tidak memunculkan baik landasan rasional maupun empiris untuk kausalitas.Adapun bukti ketiga mengenai keberadaan Tuhan, yang dimunculkan pada buku “Meditation Descartes” menggunakan bukti ontologis yang dikemukakan Saint Anselm di abad XI.Bukti itu mengemukakan ide bawaan mengenai Tuhan yang memiliki segala kesempurnaan, dan oleh karena itu pasti memiliki kesempunaan pada wujud-Nya.Bukti ini sampai pula pada kesimpulan bahwa Tuhan itu memang ada.Hume meruntuhkan bukti ini dengan pertama-tama mengingatkan kita bahwa filsuf empirisme seperti John Locke telah menunjukan tidak ada yang namanya ide bawaan, kita hanya memiliki gagasan yang muncul dari pengalaman kesan. Bukti ontologis Saint Anselm mengenai keberadaan Tuhan menyatakan bahwa ide ketuhanan itu dengan sendirinya terbukti dalam akal pikiran: Tuhan mempunyai segala kesempurnaan, Dia Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Baik. Oleh karena itu, Dia tak mungkin kurang sempurna dalam keberadaan-Nya. Hume menjawabnya dengan uji empiris atas gagasan: jika tidak ada kesan dalam pengalaman, gagasan itu tidaklah bermakna, tak berarti. Namun kita tidak bisa mempunyai kesan indera atas zat supranatural, dengan demikian ide ketuhanan tidak lulus dalam uji empiris.
Hume menyangkal dalam bukunya “Dialogues Concerning Natural Religion”, dia menggunakan bentuk dialog Plato untuk menjatuhkan Deisme. Tiga karakter memerankan masing-masing sebagai seorang penganut Kristen yang alim, dan sangat ortodok; seorang pengikut Deisme yang mendukung agama yang alami, rasional dan memiliki keterkaitan dengan sains; serta seorang penganut skeptisme yang meremehkan keduanya.Suara Hume tertuang dalam Philo yang skeptis, yang suka mempermainkan orang, khususnya penganut Deisme yang menyatakan memiliki agama yang alami dan rasional. Kesan dari indera kita, kata Philo si skeptis, menjadi landasan bagi pengetahuan ilmiah kita, dan kesan ini tidak memberikan bukti bagi pernyataan bahwa alam semesta ini secara sempurna teratur dan harmonis, juga tidak menjamin bahwa keteraturan semacam itu akan berlanjut selamanya.
Hume berkata, perhatikan dengan seksama dunia ini dan lihat apakah ini merupakan karya arsitek yang Maha Kuasa dan Maha Bisa. Jika seorang arsitek menunjukan pada anda “sebuah rumah atau istana dimana tidak ada satu ruangpun yang layak, dimana jendela, pintu, tungku, gang, tangga dan keseluruhan bangunan ekonominya merupakan sumber keributan, kebingungan, kelelahan, kegelapan, dan ekstremnya panas dan dingin, anda tentu akan menyalahkan alatnya, anda akan mengemukakan pembelaan yakni jika saja arsiteknya memiliki keahlian dan maksud yang baik, mungkin dia telah membetulkan semua atau sebagian besar ketidak layakan ini”. Dalam alam manusia, tambah Hume, apakah anda menemukan bukti bahwa dunia ini dirancang dengan baik oleh perancang yang baik dan penyayang?Lalu bagaimana anda menjelaskan kesedihan, rasa sakit, dan kejahatan dalam kehidupan manusia?Perhatikan sekeliling alam ini, perhatikan lebih dekat makhluk hidup ini betapa mereka saling menjahati dan merusak, betapa terkutuk dan jahatnya bagi yang melihat alam yang buta, menyembul dari pengakuan tanpa ada perhatian dan kepedulian, anaknya yang terluka dan buruk. Dengan ungkapan Hume ini, maka dia sebenarnya telah meragukan eksistensi akan keberadaan Tuhan itu sendiri karena menurut Hume, eksistensi Tuhan itu tidak dapat ditangkap lewat kesan pengalaman, sehingga eksistensi tidak dapat diragukannya.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan empirisme diatas dapat disimpulkan bahwa empirisme menurut Thomas Hobbes sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Sedang menurut John Locke dengan teorinya tabula rasa. Bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih,dan pengalaman inderawilah yang mengisi otak (pikiran) itu( Raiper,2000). Semua ide,menurut Locke ,berasal dari pengalaman,dan itu itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu:Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (external sentation), seperti : penglihatan,pendengaran,sentuhan atau rabaan,penciuman,atau rasa yang masuk ke otak melalui rangsangan pengamatan dunia external.Dalam proses pengamatan,akal budi kita menurut Locke bersifat pasif,dan hanya menerima rangsangan dunia luar apa adanya .Ide yang berasal dari pengalaman batin atau internal (internal sense atau reflexion); bila pengalaman lahir memberi informasi tentang dunia eksternal,maka pengalaman batin memberi informasi tentang dunia dalam (jiwa).Informasi yang dihasilkan adalah hasil aktivitas pemikiran (refleksi) atas ide-ide kompleks.
Dan selanjutnya pemikiran hume merupakan penantangan terhadap rasionalisme, terutama tentang gagasan ide-ide bawaan  yang selalu dijadikan landasan ontologism bagi kaum rasionalis dalam memahami dunia sebagai satu kesatuan yang berinterrelasi. Hume juga menolak empirisme  dengan mengakui dengan adanya keterbatasan metode empiris itu. Hume mengemukakan bahwa seluruh ilmu pengetahuan berkaitan denga hakikat manusia.bahkan, ia menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat seluruh ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode ilmu-ilmua alam/ eksperimen adalah metode yang paling tepat untuk ilmu pengetahuan tentang manusia, karna metode ini telah dibuktikan keberhasilannya oleh ilmu-ilmu alam (Copleston, 1959)
B.     Saran
Setelah terselesaikannya makalah ini demi menjalankan tugas tentang empirisme dan juga tidak lupa untuk menambahkan pengetahuan serta memperluas wawasan keilmuan.
Mungkin itu penutup dari makalah yang telah kami buat. Jika ada kesalahan itulah kekurangan yang kita miliki. Dan tak lupa kami sampaikan mohon maaf dan terimakasih.Sekian.








DAFTAR PUSTAKA
Hakim,Athang Abdul, Filsafat Umum.(Bandung.Pustaka Setia:2008)268
http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/empirisme-thomas-hobbes.html
Lubis,Akhyar Yusuf,Filsafat Ilmu: Klasik hinnga Kontemporer.(Jakarta:Kharisma Putra Utama Offset,2014)118






[1] Hakim,Athang Abdul, Filsafat Umum.(Bandung.Pustaka Setia:2008)268
[2] http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/empirisme-thomas-hobbes.html
[3] Lubis,Akhyar Yusuf,Filsafat Ilmu: Klasik hinnga Kontemporer.(Jakarta:Kharisma Putra Utama Offset,2014)118
[4] Ibid 3,269
[5] https://aminulbahri.wordpress.com/2010/10/17/empirisme.david.hume

No comments:

cari judul makalah