Search makalah

Wednesday 8 November 2017

MAKALAH TENTANG JENAZAH (pengertian jenazah, memandikan dan yang berhak memandikan jenazah, dan mengkafani jenazah)

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.
  1. Rumusan masalah
1.      Apa pengertian jenazah
2.      Bagaimana tatacara memandikan jenazah
3.      Siapa yang berhak memandikan jenazah
4.      Bagaimana tatacara mengkafani jenazah
  1. Tujuan masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian jenazah
2.      Untuk mengetahui tatacara memandikan jenazah
3.      Untuk mengetahui tatacara mengkafani jenazah





BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian jenazah
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi turunan dari isim mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata ini berarti orang yang mengantuk.[1]
Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk dimakamkan.[2]
  1. Hal-hal yang harus dilakukan sesudah meninggal
apabila seseorang meninggal, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan:
  1. Hendaklah dipejamkan (ditutupkan) matanya, menyebut kebaikan, mendoakan, meminta ampun atas dosanya.
  2. Hendakalh ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan kepadanya dan supaya tidak terbuka ‘auratnya.
  3. Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau sahabat-sahabatnya yang sangat sayang dan berdukacita sebab matinya.
  4. Ahli mayat yang mampu hendaklah dengan segera membayar utang si mayat jika ia berutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari pertolongan keluarga sendiri.[3]


  1. Memandikan jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadits Rasulullah saw. Yakninya:
عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا لله عليه و سلم قا ل: فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه بما ء و سد ر (رواه ا لبخرو مسلم)
“dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah tentang orang yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Syarat bagi orang yang memanddikan jenazah:
  1. Muslim, berakal, dan baligh
  2. Berniat memandikan jenazah
  3. Jujur dan sholeh
  4. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikan sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutup aib si mayat.
Mayat yang wajib dimandikan:
  1. Mayat seorang muslim bukan kafir
  2. bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggaltidak dimandikan
  3. ada sebagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
  4. bukan mayat yang mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Allah)[4]

  1. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah
Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, sepert:
1.      tempat memandikan pada ruangan tertutup.
2.      ember, gayung, dan air.
3.      kapas.
4.      kapur barus.
5.      daun bidara/ sidr.
6.      kaos tangan dan sarung tangan kain sesuai dengan jumlah petugas yang memandikan.
7.      Kain penutup mayat 5-6.
8.      Handuk.
9.      Sabun (lebih baik cair), shampoo, cutton buds.
10.  Minyak wangi.
11.  Tempat sampah untuk membuang kotoran
12.  Kafan yang menyesuaikan keadaan dan jenis kelamin jenazah.
Sebelum memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan sebelum memandikan jenazah yaitu:
a)      Mengikat kepala mayit.
b)      Meletakkan kedua tangan diaatas perut (seperti orang yang melakukan shalat).
c)      Mengikat dan menyatukan persendian lutut.
d)     Menyatukan kedua ibu jari kaki.
e)      Menghadpkan mayyit kearah kiblat.


  1. Tatacara memandikan jenazah
  1. Pada mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan sabun, kain. Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat yaitu:
1)      Jika mayat laki-laki dewasa, lafadz niatnya adalah:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit fardhal kifaayati lillaahita’ala).
2)      Jika mayat perempuan dewasa:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyitati fardhal kifaayati lillaahita’ala)
3)      Jika mayat kanak-kanak laki-laki:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tifli fardhal kifaayati lillahita’ala)
4)      Jika mayat kanak-kanak perempuan:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tiflati fardhal kifaayati lillahita’ala)
  1. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian siramkan.
  2. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
  3. Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam perut keluar. Dan bersihkan dubur mayit dengan niat istinja’ bagi mayit. Bacaan niat: nawaitul istinjaa-i minal mayyit frdhan ‘alayya lillahita’ala. Dan ketika membersihkan “auratnya”, hendaklah tangan orang yang memandikan dilapisi dengan kain, karena menyentuh aurat itu hukumnya haram.
  4. Kemudian ambilkan wudhu bagi simayit, dengan bacaan niat: (nawaitul wudhu-a lihaadzal mayyit lillaahita’ala).
  5. Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau dengan air bidara, dengan memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga kali tidak cukup, misalnya belum bersih maka hendaklah dilebihinya menjadi lima atau tujuh kali. Rasulullah SAW bersabda:
اغسلنهاوتراًّ :ثلاثاً او خمسًا او سبعا : اواكثر من ذلك ان رايتنّ
“mandikanlah jenazah-jenazah itu secara (hitungan) ganjil, tiga, lima, tujuh kali. Atau boleh lebih jika kau pandang perlu”.
  1. Jika telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan dengan kain atau handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh, diatas minyak wangi.
    tetapi kalau mayit meninggal ketika sedang ihram, maka harus dimandikan seperti biasa tanpa dikenai kafur atau lainnya yang berbau harum.
  1. Yang berhak memandikan jenazah
Kalau mayat itu laki-laki, hendaklah yang meamandikannya laki-laki pula, tidak boleh perempuan memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya. Sebaliknya jika mayat itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, tidak boleh laki-laki memandikan perempuan kecuali suami dan muhrimnya.
Jika suami dan muhrim sama-sama ada, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya, begitu juga jika istri dan muhrim sama-sama ada, maka istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Bila meninggal seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada perempuan, suami, atau muhrimnya pun tidak ada, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja., idak dimandikan oleh laki-laki yang lain. Begitu juga jika meninggal seorang laki-laki, sedangkan disana tidak ada laki-laki, istri atau muhrimnya, maka mayat itu hendaklah ditayammumkan saja.
Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka boleh perempuan memandikannya, begitu juga kalau mayat kanak-kanak perempuan, boleh pula laki-laki memandikannya.
Jika ada beberapa orang yang berhak yang memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat kepada mayat kalau ia mengetahui akan kewajiban mandi serta dipercayai. Kalau tidak, berpindahlah hak kepada yang lebih jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipercayai).[5]


  1. Mengkafani jenazah
mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan harta, kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas orang yang wajib memberi belanjananya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberi belanja itu tidak pula mampu, hendaklah diambilkan dari baitul mal, dan diatur menurut hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada atau tidak teratur, maka wajib atas orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain-lain yang bersangkutan dengan keperluan mayat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
a)      Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh mayat.
b)      Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis kain, tiap-tiap lapis menutupi sekalian badannya. Sebagian ulama berpendapat, satu dari tiga lapis itu hendaklah izar (kain mandi), dua lapis menutupi sekalian badannya.
Cara mengafani:
a)      Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur barus dan sebagainya.
b)      Lantas mayat diletakkan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan sebagainya. Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, atau kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya).
c)      Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d)     Selimutkan kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selmbar dengan cara yang lembut.
e)      Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
Untuk kain kafan mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain kafan, yaitu terdiri dari:
  1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
  2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
  3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
  4. Lembar keempat berfungsi sebagai untuk menutup pinggang hingga kaki.
  5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Cara mengafani:
a)      Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib.
b)      Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taaburi dengan wangi-wangian atau kapur barus.
c)      Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d)     Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
e)      Pakaikan sarung.
f)       Pakaikan baju kurung.
g)      Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
h)      Pakaikan kerudung.
i)        Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
j)        Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
  1. Membaikkan pemakaian kain kafan
Kafan yang baik maksudnya baik sifatnya dan baik cara memakainya, serta terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan, yaitu kain yang putih, begitu pula cara memakaikannya dengan baik. Adapun baik yang tersangkut dengan dasar kain ialah, jangan sampai berlebih-lebihan memilih dasar kain yang mahal-mahal harganya. Sabda rasulullah saw:   
عن على بن ابى طالب قال رسول الله صلى الهه عليه وسلم: لاتغالوافى الكفن فانه يسلب سريعا. رواه أبوداود
Dari ‘ali bin abi thalib: “Berkata Rasulullah saw: Janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untu kafan, karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan seegera.[6]




















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah
  1. Memandikan
  2. Mengkafani
  3. Menshalatkan
  4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
  1. Memperoleh pahala yang besar.
  2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
  3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
  4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
  5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, Ibnu & Abidin, Zainal S. 2000. fiqh mazhab syafi’i, Bandung: Pustaka Setia
Nawawi, Imam, al-jana’iz, Beirut: Dar al-fikr,tt
Rasyid, sulaiman. 1987. Fiqih islam. Bandung: Sinar Baru






[1] Imam an-nawawi, al-majmu’ syarh al-muhazzab, kitab al-jana’iz, bab ma yuf’al bi al-mayyit, (Beirut: Dar al-fikr,tt), V:10
[2] Ibnu Mas’ud, zainal Abidin S, fiqh mazhab syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia,2000), hlm.449
[3] H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.172
[4] H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.175

[5] H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.176
[6] H.Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: CV. SINAR BARU,1987), hlm.180

No comments:

cari judul makalah