KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segenap puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang
telah melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir batin kepada kami,
sehingga kami dapat menulis makalah
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan olehNya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., dan semua pengikutnya yang setia di sepanjang zaman. Amin!
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan olehNya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., dan semua pengikutnya yang setia di sepanjang zaman. Amin!
Dengan membaca makalah ini sejak awal sampai akhir, tidak harus diartikan
keseluruhan. harus senantiasa diingat di sini bahwa apa yang dipaparkan makalah
ini merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan pembahasan yang demikian
luas. Karenanya, untuk pendalaman lebih lanjut serta untuk memperluas cakrawala
pengetahuan tentang cooperative learning tidak ada alternatif lain kecuali agar
para mahasiswa tekun dan rajin mempelajari literatur yang telah ditunjuk, baik
yang bersifat wajib maupun anjuran.
Demikianlah, kami telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk
menyajikan makalah yang sebaik-baiknya, namun masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca makalah
ini. Kami sebagai penulis menantikan kritik dan saran untuk penyempurnaan
selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran
dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan
pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide.
Juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Dalam dunia
pendidikan pembelajaran cooperative telah memiliki sejarah yang panjang sejak
zaman dahulukala, para guru telah mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja
sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu dalam
diskusi, debat, atau pelajaaran tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa
cooperative learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep
yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan berfikir kritis.
Jadi,
cooperative learning adalah
konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dalam hal ini, guru
perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat
aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan
kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan
dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan
belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri
siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari model pembelajaran cooperative learning ?
2.
Apa saja unsur-unsur model
pembelajaran cooperative learning?
3.
Apa
karakteristik dari model pembelajaran cooperative lerning ?
4.
Apa tujuan dari
model pembelajaran cooperative lerning ?
5.
Apa saja
model-model dari model pembelajaran cooperative lerning ?
6.
Apa peran guru
dalam model pembelajaran cooperative lerning ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui tentang
pengertian dari pembelajaran cooperative.
2.
Mengerti apa saja
unsur-unsur model pembelajaran cooperative.
3.
Mengerti tentang
karakteristik pembelajaran cooperatif learning.
4.
Mengerti tujuan model
pembelajaran cooperatif learning.
5.
Mengetahui model-model
cooperatif learning.
6.
Mengetahui peran guru
dalam pembelajaran cooperatif learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cooperative Learning
Pembelajaran cooperative learning bukanlah gagasan
baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini
hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti
tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar
pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai berikut :
a. Menurut
Salvin (1995) mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mana system belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa lebih semangat dalam belajar.
b. Menurut
Anite lie (2000) cooperative learning adalah
pembelajaran gotong-royong yang mana system pembelajarannyamemberi kesempatan
peserta didik untuk bekerja sama denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur (tugas yang telah ditentukan)
c. Menurut Azizah
(1998) cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar
pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative
learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Model
pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di
samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model
pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa.
B.
Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative
1. Saling Ketergantungan
Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa
mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa
satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2. Tanggung Jawab
Perseorangan
Pembelajaran kooperatif
juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan
guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara
otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas
tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda
sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat
sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan
ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka
siswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu
me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya
dapat terselesaikan.
4. Komunikasi antar
Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai
sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja
diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan berbagai
keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai
keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara
jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung
perasaan orang lain.
5. Evaluasi Proses
Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali
ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa
pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
C. Karakteristik Cooperative Learning
Pada hakekatnya
cooperative learning sama dengan kerja kelompok, akan tetapi tidak. Setiap
kerja kelompok dikatakan cooperative learning, Bennet (1995) menyatakan ada
lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja
kelompok, antara lain:
1.Positive
Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik yang
didasari danya kepentingan yang sama.
2.Personal
Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal materi pelajaran
dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya
membutuhkan keluwesan.
3.Face to Face
Promotive Interaction (interaksi promotif)
yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4.Interpersonal
Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5.Group
Processing (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan ketrampilan bekerja
sama dalam memecahkan masalah
D. Tujuan Cooperative Learning
Cooperative
learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting yang mana dapat di resume oleh ibrahim (2000) yaitu:
1. Mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik
yakni meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang
berhubungan dengan hasil belajar
2. Dapat menerima secara luas dari orang yang
berbeda berdasarkan ras budaya, kelas sosial, kemampuan
dan ketidak mampuannya.
3. Mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja
sama dan kolaborasi.
E. Model-model
Cooperative learning
Dalam cooperative
learning terdapat beberapa model yang di terapkan di antar lain :
1) jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen
lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif, yang terdiri atas empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggung jawab terhadap penguasaan
setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa
dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama
membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam :
a.
Belajar dan menjadi ahli
dalam subtopik bagiannya.
b.
Merencanakan cara
mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu,
siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtipok lainnya juaga bertindak serupa. Dengan demikian,
seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap
seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. model ini mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara bertahap.
2) Group
Invesgation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh
Thelen. Berbeda dengan STAD dan Jigsau, para model ini siswa terlibat dalam
perencanaan, baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan mereka. Pendekatan
ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan
yang lebih terpusat dari guru.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa
yang heterogen. Dam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyelidikan mendalam atas topik tang dipilih. Selanjutnya, mereka
menpertimbangkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
3) Listening
Team
Pada model ini
di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru, kemudian guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dan kelompokmempunyai peran masing-masing.
4) TGT (Team Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa hiterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok
kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi
nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu dengan cara guru
bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian rapor.
5) Role Playing
Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung
pada apa yang diperankan. Kelebihan metode ini adalah seluruh siswa dapat
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya dalam
bekerja sama. Dalam metode ini ada beberapa keuntungan, yaitu:
a.
Siswa bebas mengambil
keputusan dan dan berekspresi secara utuh.
b.
Permainan merupakan
penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
c.
Guru dapat mengevaluasi
pemahaman setiap siswa mengalami pengamatan pada saat melakukan permainan.
d.
Permaian merupakan pengalaman
belajar yang menyenangkan bagi anak.
6) Student Teams Achievement Division (STAD)
Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan
menggunakan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi
menjadi kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus
heterogen, terdiri atas perempuan dan laki-laki, berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan
atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya,
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui
tutorial, kuis dengan cara berdiskusi. Secara individual, setiap minggu atau
setiap dua minggu,siswa diberi kuis. Kuis tersebut diberi skor dan setiap siswa
diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan skor mutlak
siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang
lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain,
diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan
tertinggi, atau siswa mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang,
seluruh tim mencapai kriteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar itu.
F. Peran Guru dalam Cooperative Learning
Guru dalam
cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk melakukannya antara lain:
1. Sebagai
Fasilitator
Peran guru
sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai berikut:
a) Mampu
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Membantu dan
mendorong iswa untuk mengingkapkan dan menjelaskan keinginan dan
pembicaraannya.
c) Mmembatu
kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d) Membina
siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang bermanfaat bagi yang
lainnya
e) Menjelaskan
tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar pendapat.
2. Sebagai
Mediator
Guru berperan
untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang di bahas melalui
cooperative learning dengan permasalahan yang nyata di temukan di lapangan.
3. Sebagai
Director-Motivator
Guru beperan
dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran
diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai
Evaluator
Guru berperan
dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cooperative
learning adalah suatu metode pengajaran yang mana pra siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan
cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, menerima
terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan ketrampilan social.
3. Karakteristik
cooperative learning antara lain: Positive Independence, Personal
Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal Skill, Group
Processing.
4. Model- model
cooperative lerning antar lain : jigsaw, group invesgation dan listening team.
5. Peran guru
dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, mediator, director motivator dan evaluator.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wena, Made. 2010, Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara.
Jakarta.
2. Uno B, Hamzah. 2007, Model Pembelajaran:
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efetif. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
3. Hamdani, dkk. 2011, Strategi Belajar Mengajar.
Pustaka Setia, Bandung.
4. Mulyono. 2011, Strategi Pembelajaran: Menuju
Efektifitas Pembelajaran di Abad Global. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI).
Malang.
5. Pribadi A, Benny. 2009, Model Desain Sistem
Pembelajaran. PT Dian Rakyat. Jakarta.
No comments:
Post a Comment