Search makalah

Saturday 11 November 2017

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segenap puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir batin kepada kami, sehingga kami dapat menulis makalah
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan olehNya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., dan semua pengikutnya yang setia di sepanjang zaman. Amin!
Dengan membaca makalah ini sejak awal sampai akhir, tidak harus diartikan keseluruhan. harus senantiasa diingat di sini bahwa apa yang dipaparkan makalah ini merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan pembahasan yang demikian luas. Karenanya, untuk pendalaman lebih lanjut serta untuk memperluas cakrawala pengetahuan tentang cooperative learning tidak ada alternatif lain kecuali agar para mahasiswa tekun dan rajin mempelajari literatur yang telah ditunjuk, baik yang bersifat wajib maupun anjuran.
Demikianlah, kami telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyajikan makalah yang sebaik-baiknya, namun masih banyak kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca makalah ini. Kami sebagai penulis menantikan kritik dan saran untuk penyempurnaan selanjutnya.
                                                                                                              

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide. Juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran cooperative telah memiliki sejarah yang panjang sejak zaman dahulukala, para guru telah mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu dalam diskusi, debat, atau pelajaaran tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa cooperative learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan berfikir kritis.
Jadi, cooperative learning adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari model pembelajaran cooperative learning ?
2.    Apa saja unsur-unsur model pembelajaran cooperative learning?
3.    Apa karakteristik dari model pembelajaran cooperative lerning ?
4.    Apa tujuan dari model pembelajaran cooperative lerning ?
5.    Apa saja model-model dari model pembelajaran cooperative lerning ?
6.    Apa peran guru dalam model pembelajaran cooperative lerning ?
C.  Tujuan

1.    Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran cooperative.
2.    Mengerti apa saja unsur-unsur model pembelajaran cooperative.
3.    Mengerti tentang karakteristik pembelajaran cooperatif learning.
4.    Mengerti tujuan model pembelajaran cooperatif learning.
5.    Mengetahui model-model cooperatif learning.
6.    Mengetahui peran guru dalam pembelajaran cooperatif learning.






BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai berikut :
a. Menurut Salvin (1995) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa lebih semangat dalam belajar.
b. Menurut Anite lie (2000) cooperative learning adalah pembelajaran gotong-royong yang mana system pembelajarannyamemberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang terstruktur (tugas yang telah ditentukan)
c. Menurut Azizah (1998) cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

B.     Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative
1.      Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2.      Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
3.      Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
4.      Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang lain.
5.      Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.


C. Karakteristik Cooperative Learning
Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, akan tetapi tidak. Setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning, Bennet (1995) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, antara lain:
1.Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik yang didasari danya kepentingan yang sama.
2.Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal materi pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya membutuhkan keluwesan.
3.Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif) yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4.Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5.Group Processing (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
D.    Tujuan Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting yang mana dapat di resume oleh ibrahim (2000) yaitu:
1.  Mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik yakni meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil belajar
2. Dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya.
3.  Mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
E. Model-model Cooperative learning
Dalam cooperative learning terdapat beberapa model yang di terapkan di antar lain :
1) jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif, yang terdiri atas empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab  terhadap penguasaan setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam :
a.       Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.
b.      Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtipok lainnya juaga bertindak serupa. Dengan demikian, seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. model ini mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara bertahap.
2) Group Invesgation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelen. Berbeda dengan STAD dan Jigsau, para model ini siswa terlibat dalam perencanaan, baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat dari guru.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan mendalam atas topik tang dipilih. Selanjutnya, mereka menpertimbangkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
3) Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru, kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan kelompokmempunyai peran masing-masing.
4) TGT (Team Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa hiterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian rapor.
5) Role Playing
Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankan. Kelebihan metode ini adalah seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya dalam bekerja sama. Dalam metode ini ada beberapa keuntungan, yaitu:
a.              Siswa bebas mengambil keputusan dan dan berekspresi secara utuh.
b.             Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
c.              Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa mengalami pengamatan pada saat melakukan permainan.
d.             Permaian merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.


6) Student Teams Achievement Division (STAD)
Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri atas perempuan dan laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis dengan cara berdiskusi. Secara individual, setiap minggu atau setiap dua minggu,siswa diberi kuis. Kuis tersebut diberi skor dan setiap siswa diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tertinggi, atau siswa mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang, seluruh tim mencapai kriteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar itu.

F.  Peran Guru dalam Cooperative Learning
Guru dalam cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk melakukannya antara lain:
1. Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai berikut:
a) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya.
c) Mmembatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d) Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya
e) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar pendapat.
2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang di bahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata di temukan di lapangan.
3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cooperative learning adalah suatu metode pengajaran yang mana pra siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan ketrampilan social.
3. Karakteristik cooperative learning antara lain: Positive Independence, Personal Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal Skill, Group Processing.
4. Model- model cooperative lerning antar lain : jigsaw, group invesgation dan listening team.
5. Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, mediator, director motivator dan evaluator.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Wena, Made. 2010, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta.
2.      Uno B, Hamzah. 2007, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efetif. PT Bumi Aksara. Jakarta.
3.      Hamdani, dkk. 2011, Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.
4.      Mulyono. 2011, Strategi Pembelajaran: Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad Global. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI). Malang.
5.      Pribadi A, Benny. 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran. PT Dian Rakyat. Jakarta.






No comments:

cari judul makalah