BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi tuntutan kehidupan
masa depan, pendidikan tradisional yang sangat tidak lagi relevan. Melalui
pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar
sepanjang hayat, baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pembelajaran menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pembelajaran belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pembelajaran dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.
sepanjang hayat, baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pembelajaran menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pembelajaran belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pembelajaran dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.
Kompetensi adalah
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi pembelajaran
dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi (Kurikulum
Berbasis Kompetensi, 2004).
Seseorang dikatakan
kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat diandalkannya
dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, kompetensi
dibangun agar setiap
individu dapat survived dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan
tantangan dalam era global ini.
Pembentukan kompetensi mensyaratkan
dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif, dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan
produk belajar. Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa
sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh
asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk
meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses. Disamping itu, dengan
dilakukannya pemantauan selama proses, terbuka peluang bagi peserta belajar untuk
mendapatkan umpan balik yang dapat digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran berbasis portofolio ?
2. Apa saja ciri-ciri model pembelajaran berbasis portofolio ?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio ?
4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran berbasis portofolio ?
5. Apa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis portofolio ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami apa itu pengertian dari model pembelajaran berbasis
portofolio.
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari model pembelajaran berbasis
portofolio.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip dari model pembelajaran berbasis
portofolio.
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran berbasis
portofolio
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis
portofolio.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Portofolio berasal dari bahasa
Inggris. Portfolio yang artinya dokumen atau surat-surat (Fajar, 2005:47). Dapat juga di artikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang di seleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini
setiap portofolio berisi karya tedari satu kelas siswa secara keseluruhan yang
bekerja secara kooperatif memilih,
membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang di kaji.
Model pembelajaran berbasis
portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Sebab
sebelum, selama berlangsung
pembelajaran dan sesudah proses belajar
mengajar, guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. (Fajar,
2002:4).
Model pembelajaran
berbasis portofolio merupakan satu bentuk perubahan konsep berpikir tersebut,
yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam
memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Praktik
belajar ini dapat menjadi program
pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa,
belajar menilai dan
mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta dalam
kegiatan antar siswa,
antar sekolah dan antar anggota masyarakat (Budimansyah, M.Si, 2002:3).
Makna pembelajaran berbasis
portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada
peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-langkah yang
digunakan dalam proses politik” kewarganegaraan/ kemasyarakatan. Pada dasarnya model pembelajaran portofolio
merupakan usaha yang dilakukan oleh guru, agar siswa memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan
tersebut diasah di dalam kelas dalam bentuk pengalaman belajar yang penuh makna. Sapriya
(Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: "portofolio" merupakan
karya terpilih kelas/ siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif
membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah
kemasyarakatan”.
Model pembelajaran
berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan
cara mengajar guru aktif. Karena sebelum, selama dan sesudah
proses belajar mengajar guru dan siswa dihadapkan
pada sejumlah kegiatan (Fajar, 2002:4). Sedangkan menurut Budiono (2001: 1)
model pembelajaran
berbasis portofolio merupakan satu bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan,
yaitu suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar
praktik-empirik.
Menurut Wayatt dan Looper
(1999: 2) portofolio diartikan sebagai suatu koleksi yang sangat pribadi dari
benda-benda hasil karya manusia yang cerdas dan refleksi dari suatu prestasi
pembelajaran, kekuatan, dan kerja terbaik. Lebih lanjut
dikatakan bahwa portofolio membantu siswa melihat apa yang mereka pikirkan, rasakan, kerjakan, dan
perubahan dari sebuah periode waktu, Wayatt dan Loooper (1999: 31). Dari pengertian ini
terlihat bahwa portofolio identik dengan kumpulan dari hasil karya siswa yang terbaik. Mengacu pada
pengertian ini, maka portofolio siswa adalah sekumpulan informasi tentang kegiatan yang dilakukan
siswa selama pembelajaran matematika berlangsung.
Di Amerika Serikat sejak tahun 1985 (Marsh,
dalam Anonim, 2004: 4), telah dianjurkan portofolio sebagai salah satu alat
penilaian autentik dengan beberapa alasan, yaitu
a) memungkinkan siswa melakukan refleksi terhadap kemajuan belajarnya
b) memungkinkan siswa memilih sendiri hasil karya yang menjadi isi
portofolionya dan memberi alasan mengapa hasil karya tersebut penting,
c) siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilannya,
d) memberi gambaran atas apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan
siswa,
e) memungkinkan guru mengetahui hasil belajar yang penting menurut siswa,
f) menjadi bukti otentik hasil belajar siswa bagi siswa, orang tua dan
masyarakat.
Model pembelajaran berbasis portofolio menurut Majelis Pendidikan Tinggi
Penelitian dan pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2004:71) merupakan
suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami
materi perkulihan CE secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang
telah dikaji di kelas dengan menggunakan berbagai sumber bacaan atau
refeerensi. Pengembangan materi dapat ditempuh dengan meninjau materi yang
disajikan oleh dosen dari berbagai perspektif.
Hill dan Ruptic (1994: 6) memberikan beberapa pengertian tentang
portofolio, yaitu :
a) Port adalah tempat
yang digunakan dan dapat dibawa kemana-mana, dan folio adalah sebuah kelompok
kertas, sehingga Portofolio adalah kumpulan kertas yang dapat dibawa
kemana-mana,
b) Potofolio adalah sesuatu untuk memperlihatkan pekerjaan di dalamnya,
c) Portofolio adalah tempat menyimpan benda-benda yang dapat ditinjau dari
belakang,
d) Portofolio adalah kumpulan benda-benda yang membanggakan yang memperlihatkan
keberhasilan, dan
e) portofolio adalah sebuah koleksi yang dapat disimpan untuk kehidupan anda. Beberapa
pengertian ini menunjukkan bahwa portofolio adalah kumpulan informasi dari seseorang berupa
hasil-hasil karya yang membanggakan yang sangat bermakna yang diperoleh atau dilakukan selama
hidupnya.
Pengertian Portofolio yang terkait dengan siswa sebagaimana yang
dikemukakan Puckett dan Black (1994) serta Marsh (1996) seperti yang dikutip
Anonim (2004: 3) mengatakan bahwa portofolio merupakan folder atau dokumen yang
berisi contoh hasil karya siswa yang menurut siswa:
a) sangat berarti,
b) merupakan karya terbaik,
c) merupakan karya favorit,
d) sangat sulit dikerjakan, tetapi berhasil dan
e) sangat menyentuh perasaan, atau memiliki nilai kenangan.
Jadi
portofolio adalah kumpulan hasil
karya siswa yang menggambarkan kompetensi yang dicapai dalam belajar.
B. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio
a)
Portofolio
sebagai proses belajar mengajar diawali dengan isu atau masalah yang memerlukan suatu pemecahan (problem solving),
b)
Portofolio
sebagai proses belajar dilakukan secara berkelompok.
Selain
ciri-ciri di atas, ciri-ciri portofolio juga tercermin dalam langkah-langkahnya,yaitu :
a) Mengidentifikasi masalah yang ada di
masyarakat,
b) Memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas,
c)
Mengumpulkan
informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji,
d)
Membuat
portofolio kelas,
e)
Menyajikan
portofolio/dengar pendapat (show case),
f)
Melakukan
refleksi pengalaman belajar.
Dophan dalam Acep S. (1997:24)
mengemukakan, ciri-ciri portofolio sebagai berikut :
a)
ada
keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara nyata,
b)
Mengumpulkan
beberapa hasil kerja/karya yang terbaik,
c)
Mengumpulkan
dan menyimpan hasil kerja siswa,
d)
Memilih
kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa,
e)
Mengharuskan
siswa untuk menilai dirinya secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya,
f)
Menentukan
waktu untuk membahas portofolio,
g)
Melibatkan
orang tua dan masyarakat dalam proses penilaian portofolio.
C. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio
A) Prinsip Belajar Siswa Aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio (MPBP) berpusat pada
siswa. Dengan demikian model ini menganut prinsip belajar siswa aktif.
Aktivitas siswa hampir
di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan
di lapangan, dan pelaporan. Dalam fase
perencanaan aktifitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan
menggunakan teknik bursa ide (brain storming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik
baginya di samping tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah
terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih salah satu masalah dalam kajian kelas.
B) Kelompok Belajar Kooperatif
Prinsip ini merupakan proses pembelajaran yang berbasis kerjasama.
Kerja sama antar siswa dan antar
komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar
siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua
pekerjaan disusun, orang-orangnya ditentukan,
siapa mengerjakan apa, merupakan satu bentuk kerjasama itu.
C) Pembelajaran Partisipatorik
Model pembelajaran portofolio melatih siswa belajar sambil melakoni
(learning by doing). Salah satu bentuk
pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah dalam model ini memiliki makna yang ada
hubungannya dengan praktek hidup demokrasi.
Sebagai contoh
pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memiliki makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat yang
didukung suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya
perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya
belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin.
D) Reactive Teaching
Penerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu
menciptakan strategi yang tepat agar siswa
mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan tercipta
kalau guru dapat
meyakinkan siswa akan kegunaan materi bagi kehidupan nyata. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi sehingga
materi pelajaran selalu menarik, tidak membosankan. guru harus punya sensifitas yang tinggi untuk
segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa.
D.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Budimansyah (2002: 14) menetapkan lima langkah pembelajaran portofolio
sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi Masalah Pada tahap ini dosen bersama mahasiswa
mendiskusikan tujuan dan mencari masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat,
misalnya masalah yang ada dalam keluarga, sampai dengan masalah lingkungan
terjauh, misalnya masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarbangsa. Dalam mencari
masalah ini, tentunya tidak boleh lepas dari tema atau pokok bahasan yang akan kaji.
b. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas Berdasarkan perolehan hasil wawancara
dan temuan informasi tersebut, kelompok kecil supaya membuat daftar masalah,
yang selanjutnya secara demokratis kelompok ini supaya menentukan masalah yang
akan dikaji.
c.
Mengumpulkan
Informasi tentang Masalah yang akan Dikaji oleh Kelas Pada langkah ini, masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan
berdiskusi serta mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan banyak memberikan banyak
informasi sesuai dengan masalah yang akan
dikaji. Setelah menentukan sumber-sumber informasi, kelompok membagi ke dalam tim-tim peneliti , yang tiap tim peneliti
hendaknya mengumpulkan informasi dari salah satu sumber yang telah diidentifikasi
d.
Mengembangkan
Portofolio Kelas Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi, yaitu :
a)
seksi
penayangan , yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi
kelas pada saat
show-case; dan
b)
seksi
dokumentasi, yaitu portofolio yang disimpan pada sebuah map jepit, yang berisi data dan informasi lengkap
setiap kelompok portofolio. Penyajian
Portofolio (Show-Case) Setelah portofolio kelas selesai, kelas dapat
menyajikannya dalam kegiatan
show-case (gelar kasus) Kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada mahasiswa dalam hal
menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar dapat
memahami dan menerima gagasan tersebut. Langkah ini diadakah hanya di hadapan para
mahasiswa dan beberapa dosen yang dapat hadir, mengingat terbatasnya waktu.
Secara teknis,
pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke dalam beberapa kelompok, lazimnya dilakukan menjadi
4 atau sesuai menurut keadaan dan keperluannya.
Berdasarkan urutannya, setiap kelompok
membidangi tugas dan tanggung jawab masing-masing, antara lain :
a.
Kelompok
portofolio-satu; Menjelaskan masalah. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah
mereka pilih untuk dikaji dalam kelas.
b.
Kelompok
portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan masalah. Dalam tugasnya, kelompok ini
bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk
memecahkan masalah.
c.
Kelompok
portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk
membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas
serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan
tersebut.
d.
Kelompok
portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat)
dalam masyarakat mau
menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang
menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk
menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.
E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Berbasis Portofolio
a. Kelebihan
a)
Dapat menutupi
proses kekurangan proses pembelajaran. Seperti keterampilan memecahkan masalah, mengemukakan
pendapat, berdebat,
menggunakan berbagai sumber informasi, mengumpulkan data, membuat laporan dan sebagainya.
b)
Mendorong
adanya kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antara siswa dan antara siswa dan guru.
c)
Memungkinkan
guru mengakses kemampuan siswa membuat atau menyusun laporan, menulis dan menghasilkan
berbagai tugas akademik
d)
Meningkatkan
dan mengembangkan wawasan siswa mengenai isu atau masalah kemasyarakatan atau lingkungan
nya.
e) Mendidik siswa memiliki kemampuan merefleksi pengalaman belajarnyasehingga
siswa termotivasi untuk belajar lebih baik dari yang sudah mereka lakukan
f) Pengalaman belajar yang tersimpan dalam memorinya akan lebih tahan lama
karena sudah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui, memahami
diri sendiri, melakukan aktifitas dan belajar bekerjasama dengan rekan-rekan
dalam kebersamaan.
g) Hak otonomi mengajar pada guru dalam mengembangkan kemampuan, kemauan, daya
nalar, serta fungsi perannya sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan
rekonstruktor pembelajaran di dalam kelas, tukar pendapat, informasi, dan
pengetahuan untuk meningkatkan daya nalar dan pengetahuan dengan rekan guru,
h) Mampu mendorong keaktifan siswa karena pengembangan materi pembelajaran
ditugaskan secara berkelompok,
i)
Mendorong
eksplorasi materi yang relevan
dengan pokok bahasan, sehingga dapat diperoleh sejumlah dokumen bahan
pembelajaran sebagai upaya perluasan pengetahuan,
j)
Mudah
dilakukan apabila tersedia perpustakaan yang memadai, maupun internet, Sangat
menguntungkan dalam hal perluasan pengetahuan materi pembelajaran sebab dengan
satu topik pembelajaran, diperoleh
sejumlah sudut pandang yang berbeda dari materi yang sejenis,
k) Dapat menjadi program pendidikan yang
mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik seperti belajar menilai dan
mempengaruhi orang/kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan dalam kegiatan antar
siswa, ataupun antar sekolah
l)
Mengacu pada
sejumlah prinsip dasar pembelajaran yaitu prinsip belajar siswa aktif (Student active learning), kelompok belajar kooperatif
(cooperative learning) pembelajaran partisipatorik dan mengajar yang reaktif ( reactive
learning).
b.
Kelemahan :
a)
Kurangnya
pengetahuan/daya nalar guru yang bersangkutan,
b)
Belum
diberikannya hak otonomi mengajar sebagai pengembang kurikulum praktis di
kelas,
c)
Diperlukan
tenaga dan biaya yang cukup besar,
d) Diperlukan waktu yang cukup banyak, bahkan diperlukan waktu di luar jam
pembelajaran di sekolah, sehingga untuk menuntaskan satu studi kasus atau suatu
kebijakan publik diperlukan lebih dari 20 jam pelajaran seperti yang telah
ditentukan dalam jadwal,
e) Kurangnya jalinan komunikasi antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat
khususnya para birokrat/instansi yang dikunjungi oleh para siswa untuk dimintai
keterangannya.
f) Belum terbiasanya pembiasaan jalinan kerjasama kelompok tim para siswa,
dengan kesadaran, karena jika ide atau gagasan terlalu banyak dan tidak dapat
dipertemukan, masalah akan sulit dipecahkan.
g) Membutuhkan waktu yang relatif lama
h) Memerlukan ketekunan, kesabaran dan
keterampilan guru
i)
Memerlukan
adanya jaringan komunikasi yang erat antara siswa, guru, sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
Model pembelajaran berbasis portofolio
merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Sebab
sebelum, selama berlangsung
pembelajaran dan sesudah proses belajar
mengajar, guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan.
Model pembelajaran
berbasis portofolio merupakan satu bentuk perubahan konsep berpikir tersebut,
yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam
memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Praktik belajar
ini dapat menjadi program
pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa,
belajar menilai dan
mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta dalam
kegiatan antar siswa,
antar sekolah dan antar anggota masyarakat.
Makna pembelajaran
berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan
kepada peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-langkah
yang digunakan dalam proses politik” kewarganegaraan/kemasyarakatan.
Pada dasarnya model
pembelajaran portofolio merupakan usaha yang dilakukan oleh guru, agar siswa
memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai
individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diasah di dalam
kelas dalam bentuk pengalaman belajar yang penuh makna. Sapriya menegaskan
bahwa: "portofolio" merupakan karya terpilih kelas/siswa secara
keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk
membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan”.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, Arnie.
2005. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakrya.
Budimansyah,
Dasim. 2002. Model Pembelajaran berbasis Portofolio. bandung. PT.
Genesindo
Wayat III, R.L
& Looper, S. 1999. So You Have to Have A Portofolio, a Teacher's Guide
to Prepation and Presentation. California: Corwin Press Inc.
Anonim, 2004. Pedoman
Penilaian dengan Portofolio. Jakarta: Depdiknas.
Majelis
Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah. 2004, Direktori
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), Yogyakarta: Majelis Pendidikan
Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP
Muhammadiyah
Hill, Bonnie
Campball and Cynfia Ruptic. 1994. Practical Aspects of Authentic Assesment:
Putting The Pieces Togheter, Washington: MCGraw-Hill.
http://www.kajianpustaka.com/2013/01/model-pembelajaran-berbasis-portofolio.html?m=1
(Di Akses: Kamis, 08 Mei 2015)
http://www.bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/04/28/model
-pembelajaran-berbasis-portofolio/ (Di Akses: Kamis, 08 Mei 2015)
No comments:
Post a Comment