Search makalah

Friday, 16 February 2018

MAKALAH Perkembangan Pemikiran dan Corak Filsafat Modern

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi pemikiran barat saat ini mrupakan paradigm bagi pengembangan budaya barat dengan implikasi yang sangat luar dan mendalam disemua segi dari seluruh kehidupan. Memahami tradisi pemikiran barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan sendiri. Karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita tiru.
Ditinjau dari sejarah, filsafat barat memiliki empatperiodisasi, periodesasi ini berdasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama adalah zaman yunani kuno, ciri yang menonjol adalah dari filsafat kuno adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur terjadinya gejala-gejala pada filosof masa ini mempertanyakan asal-usul alam siesta dan jagat raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmesentris. Kedua adalah zaman abad pertengahan, ciri pemikiran filsafat ini adalah teoritis. Pada abad pertengahan hegomoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini juga dipenuhi lembaran hitam berupa permusuhan orang-orang yang berfikir kreatif, karena pemikirannya berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh greja. Untunglah pada abad ini dibagian dunia lain, yaitu dunia Islam, filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja diganggu oleh Islam lebih dari itu manusia didorong untuk berfikir maju dan tidak puas dengan apa yang telah ada.
Namun, pada zaman tersebut orang-orang tetap mencari alternatifnya agar keluar dari dominasi greja. Pada akhirnya ada juga seorang pemberani yang sanggup melawan arus deras itu, yaitu seorang tokoh yang bernama Descartes.
Pada zaman abad modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat barat modern yang demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat abad pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan Renaissance di zaman modern?
  1. Bagaimana perkembangan Rasionalisme di zaman modern?
  2. Siapa saja tokoh-tokoh pendukung paham Rasionalisme di zaman modern?
  3. Bagaimana perkembangan Empirisme di zaman modern?
  4. Siapa saja tokoh-tokoh paham Empirisme di zaman modern?
C. Tujuan
1.      Mengetahui perkembangan Renaissance di zaman modern
  1. Mengetahui  perkembangan Rasionalisme di zaman modern
  2. Mengetahui tokoh-tokoh paham Rasionalisme di zaman modern
  3. Mengetahui perkembangan Empirisme di zaman modern
  4. Mengetahui tokoh-tokoh paham Empirisme di zaman modern








BAB II
PEMBAHASAN
A.  Renaissance
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis. Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci” berarti  lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seseorang sejarawan terkenal, Michelet dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualism, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan (runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat Renaissance (runes:271).(ahmad tafsir, 2010:124).
Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali. Orang yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Perancis  terkenal. Menurutnya, Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan senagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila dikaitkan dengan keadaan,
Renaissence adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat Astrologi, kepercayaan yang bersangkutan dengfan dunia hitam, perang-perang agama, dan sebagainya, dan di lain pihak muncul lah ilmu pengetahuan alam modern serta mulai berpengarunya suatu perasaan hidup baru. Pada saat itu muncul lah usaha-usaha penelitian yang lebih giat yang pada akhirnya memunculkan sains baru.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh satu usaha besar dari Descartes (1596-1650) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru dalam bidang filsafat, zaman Renaissance kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun, diantara perkembangan itu, terjadi pula perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat modern. Sejak itu dan juga telah dimunculkan sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaissance, sebenarnya individualisme dan humanisme telah dicanangkan. Descartes memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan Indevidualisme merupakan ciri Renaissance yang penting. Humanisme adalah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang0orang yang beragama. Oleh karena itu, zaman ini sering juga disebut sebagai zaman Humanisme, maksudnya manusia diangkat dari abad pertangahan.
Ciri utama Renaissance ialah Humanisme, Individualisme, lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), Empirisme, dan Rasionalisme. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, melaunkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil Empirisme itu. Agama Kristen semakin ditinggalkan, karena semangat Humanisme itu. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada zaman modern.
Pada zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Yaitu menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani, Individualisme, lepas dari pengaruh agama. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh Rasionalisme. (atang dan beni ahmad, 2008:339-340).
Pada zaman Renaissance ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah :
1. Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia
tidak mengambil  studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of Astronomy.
Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan Bumi
mempunyai dua macam gerak, yaitu : perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebutHeliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.
2. Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar dibidang ilmu pengetahuan.
Ia Menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang
Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
3. Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan plitikus Inggris. Ia belajar di Cambridge
University dan kemudian menduduki jabatan penting dipemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan Scientific Methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan Inductive Methods, tetapi lebih dahulu harus membersihkan pikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind. (ahmad tafsir, 1990:162).

B. Rasionalisme
Rasionalsme ialah paham filsfat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah – kaidah logis atau kaidah – kaidah logika.
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme.
Berikut  adalah tokoh-tokoh yang  mendukung paham  rasionalime:
1. Descartes (1596-1650)
Ia lahir pada tahun  1596 dan meninggal pada tahun 1650. Menurutnya dasar filasafat itu bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci atau pun yang lainnya, tetapi haruslah akal. Untuk menemukan basis  yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan terlebih dahulu. Ia telah menuangkan hasil pemikirannya yaitu Discours de la Methode (1637) dan Meditations (1642). Dalam kedua buku tersebut Descartes menuangkan metode yang terkenal tersebut yaitu metode keraguan, yang sering disebut metode cogito. Metode-metodenya yaitu:
·         Meragukan segala sesuatu yang bisa diragukan termasuk badannya sendiri, yaitu meragukan semua yang dapat diindera.
·         Menguji adanya gerak, jumlah dan besaran (volume)
Seperti matematika, Decartes meragukan kebeenarannya. Karena saat dia mejumlah (angka), mengukur (besaran) sering melakukan kesalahan. Jadi dia pun masih dapat meragukannya.
·         Saat kita sedang ragu maka kita sedang berpikir. Jadi aku berpikir pasti ada dan benar. Jika aku berpikir ada, berarti aku ada karena yang berpikir itu aku.
Sekarang descartes telah menemukan dasar (basis) bagi filsafat, bukan filsafat abad pertengahan, bukan agama atu yang lainnya, yaitu pondasinya adalah aku yang berpikir, pemikiranku yang pantas dijadikan dasar filsafat karena aku yang berpikir itulah yang benar-benar ada, tidak dapat diragukan.
Karena bukan kamu atau pikiranmu. Disinilah terlihat sifat subjektif, individualisme, humanis dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah yang mendorong perkembangan filsafat abad modern. Kemenagan akal pada abad ini telah menyebabkan terulangnya tragedi yunani. Kaidah Sains dan Agama/ajaran iman menjadi guncang dan goyah. Orang kembali bingung, tidak dapat dihindari bahwa rasionalisme yang dikembangkan oleh descartes telah menimbulkan sujektivisme, relativisme persis seperti kebimbangan alam pikiran pada zaman sofisme yunani.
2. Spinoza (1632-1677)
Ia dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 yang mempunyai nama asli Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. Spinoza ini ialah pengikut filosof Descertes yaitu menggunakan metode cogito. Spinoza dan Leibniz ini ialah filosof Jerman modern terbesar yang pertama. Seperti dalam Geometri, Spinoza memulai dengan meletakkan definisi-definisi. Berikut adalah contoh definisi yang digunakan Spinoza dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dalam metafisika.
Deifinisi-definisi Spinoza:
a.   Sesuatu yang sebabnya pada dirinya.
b.   Subtansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipahami melalui dirinya, konsep dapat dibentuk tentangnya bebas dari yang lain.
c.    Yang saya maksud dengan atribut (sifat) ialah apa yang dapat dipahami sebagai melekat pada esensi substansi.
d.   Yang saya maksud dengan mode ialah perubahan-perubahan pada substansi.
e.    Sesuatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain.
Yang saya maksud dengan kekekalan ialah sifat pada eksistensi itu tadi. Spinoza berpendapat bahwa apa yang benar-benar ada, maka adanya itu haruslah abadi. (lihat pada definisi terakhir). Sama halnya dengan tatkala ia berbicara dalam astronomi, devinisi selalu diikuti oleh aksioma. Aksioma ialah suatu kebenaran yang tidak memerlukan pembelaan.
Berikut aksioma-aksioma yang dipasangnya dalam metafisika:
a. Segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain.
b. Sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri.
c. Dari sustu sebab, tentu diikuti akibat; bila tidak ada sebab, tdak mungkin aka nada akibat yang mengikutinya.
d. Pengetahua kita tentang akibat ditentukan oleh pengetahuan kita tentang sebab.
e. Idea yang benar harus sesuai dengan objeknya.
Aksioma-aksioma itu biasanya didasarkan atas definisi. Misalnya aksioma a berdasarkan definisi a.


Berdasarkan definisi dan aksioma itu Spinoza mulai membuktikan proposisi-proposisinya.inilah beberapa proposisi yang disusunnya.
a. Substasi mesti mendahului modifiksinya
Bukti: ini jelas dari definisi c dan e.
b. Dua substansi yang atributnya berbeda tidak akan mempunyai persamaan.
Bukti: jugajelas dari definisi c karena sesuatu harus ada dalam dirinya. Dengan kata lain, konsep tentang sesuatu tidak sama dengan konsep tentang sesuatu yang lain.

3. Leibniz (1646-1716)
Gotfried Wilhelm Von Leibniz lahir di Leipzig, Jerman pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Ia adalah fiosof Jerman sama seperi Spinoza. Pusat metafisikanya adalah idea tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad.
Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara substansi pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Sementara Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Leibniz berpendapat berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain.

C. Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme
Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata, untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi pengalaman. Untuk memahami inti filsafat empirisme perlu memahami dulu dua ciri pokok empirisme yaitu mengenai makna dan tiori tentang pengetahuan.
1. Filsafat empirisme tentang teori makna, teori makna pada empirisme biasa dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Teori makna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat di indra dan dihubungkan kualitas sebagai urutan pristiwa yang sama.
2. Filsafat emperisme tentang teori pengetahuan, menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenaldengan istilah kebenaran a priori yang di peroleh lewat intuisi rasional.
Ajaran-ajaran pokok Empirisme Yaitu:
a.       Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk   dengan menggabungkan apa yang dialami.
b.      Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
c.       Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
d.      Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
e.       Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
f.        Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan
Diantara tokoh dan pengikut aliran Empirisme adalah John Lock, David Hume, dan Herbert Spencer.
1.  John Locke (1632-1704 M)
Ia adalah filosuf Inggris yang banyak mempelajarai agama Kristen. Filsafat Locke dapat dikatakan anti metafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descaretes. Ia juga menolak metoda deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman; jadi, induksi. Bahkan Locke menolak juga akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi. Buku Locke, Essay Concerming Human Understanding (1689 M), ditulis berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang diajarkan oleh Plato. Dengan kata lain, Locke menolak adanya innate ide; termasuk apa yang diajarkan oleh Descartes, Clear and Distinict Idea. Adequate idea dari Spinoza, truth of reason dari Leibniz, semuanya ditolaknya. Yang innate (bawaan) itu tidak ada. Inilah argumennya:
a. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa manusia, dan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu pengertian asli.
b. Persetujuan uum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea justru saya jaidkan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
c. Persetujuan umum membuktinkan adanya innate idea.
d. Apa innate idea itu sebenarnya tidaklah meungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
e. Tidak juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot, ide yang innate itu tidak ada padahal anak normal dan anak idiot sama-sama berpikir.
Ia mengatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi ialah pengertian tentang obyek sebagai idea tentang obyek itu yang dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera. Akan tetapi, Locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi obyek, substansi kita tidak tahu. Persoalan substansi agaknya adalah persoalan metafisika sepanjang masa; Berkeley dan Hume masih juga membicarakannya.

2. David Hume (1711-1776 M)
Solomon menyebut Hume sebagai ultimate skeptic, skeptic tingkat tertinggi. Ia dibicarakan di sini sebagai seorang skeptis, dan terutama sebagai seorang empiris. Menurut Bertrans Russel, yang tidak dapat diragukan lagi pada Hume ialah seorang skeptis.
Buku Hume, Treatise of Human Nature (1739 M), ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu tatakala ia berumur dua puluh tahunan bagian awal. Buku itu tidak banyak menarik perhatian orang, karenanya Hume pindah ke subyek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai sejarawan. Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang terkenal. An Enquiry Concerning Human Understanding. Baik buku Treatise maupun buku Enquiry kedua-duanya menggunakan metoda Empirisme, sama dengan John Locke. Sementara Locke hanya sampai pada idea yang kabur yang tidak jelas berbasi pada sensasi (khususnya tentang substansi dan Tuhan), Hume lebih kejam.

3. Herbert Spencer (1820-1903 M)
Filsafat Herbet Spencer berpusat pada teori evolusi.sembilan tahun sebelum terbitnya karya Darwin yang terkenal, The Origen of Species (1859 M), Spencer sudah menerbitkan bukunya tentang teori evolusi. Empirismenya terlihat jelas dalam filsafatnya tentang the great unknowable. Menurut Spencer, kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau gejala-gejala.
Secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkit relasi-relasi antara gejala-gejala. Di belakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh Spencer disebut yang tidak diketahui (the great unknowable).
Akhirnya Spencer mengatakan : ”idea-idea keilmuan pada akhirnya adalah penyajian realistis yang tidak dapat dipahami”. Inilah yang dimaksud dengan the great unknowable, teka-teki besar.









BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Rasionalisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif. Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan “aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, akan tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme menonjolkan “aku” yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris.

Ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:
 • Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
 • Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
 hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.



Daftar Pustaka
Tafsir,  Ahmad.  2001. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya
Imron, S.Ag.,M.A. 2013. Filsafat Umum. Palembang: Noer Fikri
Q-Anees Bambang,A.Hambali. 2003. Filsafat Umum. Jakarta: Prenada Media
Achmadi, Asmoro.  Filsafat Umum. Cet. V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003

No comments:

cari judul makalah