Search makalah

Sunday 18 February 2018

MAKALAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA DEWASA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................      i
KATA PENGANTAR ..............................................................................      ii
DAFTAR ISI .............................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah...................................................................      1
B.     Rumusan Masalah ...........................................................................      1
C.     Tujuan Penulisan ............................................................................      1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masa Dewasa.................................................................      2
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi masa Dewasa...........................      2
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................      10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................      11




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Beberapa ahli berpendapat bahwa perkembangan orang dewasa itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Ada beberapa aliran yang memiliki pendapat masing-masing mengenai perkembangan individu, diantaranya adalah aliran nativisme dan empirisme. Apabila dilihat dari sudut pandang nativisme, perkembangan orang dewasa itu semata-mata bergantung pada pembawaan (heriditas). Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer, seorang filosof dari jerman. Sedangkan menurut pandangan aliran empiris, berbeda dengan aliran yang tadi. Menurut mereka perkembangan orang dewasa itu semata-mata bergantung pada factor lingkungan. Tokoh utama dari aliran ini adalah John Locke. Doktrin “Tabula Rasa” di istilahkan bahwa dalam perkembangan manusia merupakan suatu hal yang ditekankan pada arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan.
Masa dewasa merupakan akhir dari masa remaja. Masa dewasa juga bisa disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia menginjak masa dewasa sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna dalam kehidupannya. Dengan kata lain, manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka baik untuk dirinya serta berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai atau norma-norma yang dipilihnya tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian masa dewasa?
2.      Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi masa dewasa?

C.    Tujuan
1.      Untuk menjelaskan masa dewasa.
2.      Untuk faktor- faktor yang mempengaruhi masa dewasa.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masa Dewasa
Perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, mulai dari masa konsepsi berlanjut ke masa sesudah lahir, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi tua. Dalam kebudayaan Amerika, seorang anak dipandang belum mencapai status dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mancapai 21 tahun.
Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada umumnya psikologi menetapkan[1] sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40-45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal.
Jadi yang dimaksud dengan masa dewasa adalah mampu  memposisikan diri dengan tepat dalam menyikapi suatu masalah dan mampu membuat keputusan sendiri serta tidak akan menyesali keputusannya tersebut.

B.     Faktor yang Mempengaruhi Masa Dewasa
1.      Perkembangan Fisik
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini.  Perkembangan fisik yang terjadi pada masa dewasa[2], yang meliputi:
a.       Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi



 kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia 25 tahun, perubahan- perubahan fisik mulai terlihat.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah mengalami menopause pada usia 40.
Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kelihatan, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Lebih dari itu, laki-laki tetap subur dan mampu menjadi ayah anak-anak sampai memasuki usia tua.
Pada masa tua atau dewasa akhir, sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan.
b.      Perkembangan Sensorik
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu terlihat. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang paling menonjol.
Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan sensorik fisik melibatkan indera penglihatan, indera pendengaran, indera perasa, indera pencium, indera peraba. Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir misalnya tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya. Juga halnya dengan pendengaran, diperkirakan sekitar 75% dari  oarang usia 75 hingga 79 tahun mengalami berbagai jenis permasalahan pendengaran, dan sekitar 15% dari populasi di atas usia 65 tahun mengalami ketulian, yang biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga (cochela).[3]
c.       Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural (neural conection), khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas demikian pada tahun-yahun selanjutnya.
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf penglihatan. Menurut Santrock (1995), diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin cepat.[4]
Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa di antaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol. Semua ini dapat merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan (senility). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit otak yang lebih menakutkan, yaitu penyakit Alzheimer yang dapat merusak kecerdasan pikiran. Pertama-tama Alzheimer menyebabkan memori berkurang, kemudian penalaran dan bahasa memburuk.
2.      Perkembangan Kognitif
Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif belajar, memori, inteligensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercerminkan dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita. Terjadi beberapa perubahan penting dalam proses kognitif yang terjadi pada masa dewasa dan usia tua:
a.       Perkembangan Pemikiran Postformal
Gisela Labouvie-Vief, 1986 (dalam McConnel & Philipchalk, 1992) menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Ia percaya bahwa masyarakat kita yang kompleks memiliki pertimbangan-pertimbangan yang praktis dan bahkan mengubah bentuk logika kaum muda yang idealis. Karena itu, pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkrit dan pragmatis, sesuatu yang dikatakan oleh Labouvie-Vief sebagai tanda kedewasaan.
Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia.
b.      Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan daya ingat. Kemerosotan dalam memori episodik[5], sering menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan pekerjaan, dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mengalami kemunduran dalam memorinya.
Jadi kemerosotan fungsi kognitif pada masa tua, pada umumnya memang merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan, karena disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kekacauan otak (alzhemer) atau karena kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, orang tua sebenarnya sangat membutuhkan suatu lingkungan perangsang dalam rangka mengasah dan memelihara keterampilan-keterampilan kognitif mereka serta mengantisipasi terjadinya kepikunan.
c.       Perkembangan Inteligensi
Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa terjadi kemunduran dalam intelegensi umum. David Wechsler (1972), menyimpulkan bahwa kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme secara umum.
Akan tetapi, studi Thorndike mengenai kemampuan belajar orang dewasa menyimpulkan bahwa belajar mengalami kemunduran sekitar 15% pada usia 22 dan 42 tahun. Kemampuan untuk mempelajari kemampuan sekolah ternyata hanya mengalami kemunduran sekitar 0.5% sampai 1% setiap yahun antara usia 21 dan 41 tahun.[6]
Studi Thorndike tersebut mennjukkan bahwa kemunduran intelektual pada orang dewasa tidak disebabkan oleh faktor usia, melainkan oleh faktor-faktor lain. Witherington (1986), menyebutkan tiga faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa. Pertama, ketiadaan kapasitas dasar. Kedua, terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual. Ketiga, faktor budaya, terutama cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.
3.      Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu:
a.       Perkembangan Keintiman
Keintiman(keakraban) dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolisir. Pada masa dewasa awal ini, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik seseorang[7], diantaranya:
1)      Cinta
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nila-nilai cinta muncul. Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks. Pada masa ini, perasaan cinta lebih dari sekedar gairah atau romantisme, melainkan suatu afeksi cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang.
2)      Pernikahan dan Keluarga
Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Meskipun konsep dan definisi orang tentang perkawinan pada setiap kebudayaan dan suku bangsa tidak sama, namun hampir setiap budaya dan suku bangsa agaknya mempunyai pandangan yang sama bahwa perkawinan merupakan sesuatu yang bersifat suci dan dibutuhkan dalam kehidupan ini.
Secara tradisi, perkawinan menuntut perubahan gaya hidup yang lebih besar bagi perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Seorang laki-laki yang sudah menikah, biasanya melanjutkan karirnya, sedangkan seorang perempuan mungkin dituntut untuk melepaskan kebebasan kehidupan lajangnya demi berbagai tuntutan peran dan tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Perubahan gaya hidup ini tidak jarang menjadi pemicu timbulnya problema dalam perkawinan. Dalam penelitian yang dilakukan Elizabeth Douvan dan teman-temannya, faktor-faktor problema itu muncul dikarenakan:[8]
a)      Pasangan gagal mempertemukan dan menyesuaikan kebutuhan dan harapan satu sama lain.
b)      Salah satu pasangan mangalami kesulitan dalam menerima kenyataan.
c)      Adanya perasaan cemburu dan perasaan memiliki yang berlebihan.
d)      Pembagian tugas dan wewenang yang tidak adil.
e)      Gagal dalam berkomunikasi.
f)       Masing-masing pasangan tumbuh dan berkembang tidak sejalan.
Terdapat perbedaan gender dalam hal kepuasan perkawinan. Pada umumnya istri memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang lebih rendah dibandingkan dengan suami. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada umumnya wanita yang merasa puas dengan perkawinannya, lebih menempatkan anak sebagai perioritas utama sabagai sumber kepuasan, sedangkan hubungan suami-istri menempati perioritas rendah.
Akan tetapi, fakta yang diperoleh dari penelitian Bernard (1973) menunjukkan bahwa anak bukanlah salah satu sumber kepuasan yang utama bagi wanita, sebab ada hal-hal lain dari anak itu yang membuat mereka tidak bahagia. Bahkan mungkin sebaliknya, ketidakhadiran seorang anak justru mendorong hubungan yang semakin intim dan perasaan kasih sayang yang makin kuat antara suami dan istri.
b.      Perkembangan Generativitas
Generativitas (generativity), adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.
Manusia sebagai suatu spesies memiliki kebutuhan inheren untuk mengajar, suatu kebutuhan yang dimiliki oleh semua orang dalam setiap bidang pekerjaan. Perasaan puas pada tahap ini timbul dengan menolong anak usia belasan tahun menjadi dewasa, mengajar orang-orang dewasa lain, bawahan-bawahan, dan bahkan binatang-binatang, menyediakan bantuan yang diperlukan orang lain, serta menyaksikan bahwa sumbangan yang mereka berikan kepada masyarakat memiliki manfaat.
[9]Menurut hasil penelitian Bernice Neugarden , orang dewasa yang berusia antara 40,50 dan awal 60 tahun adalah orang-orang yang mulai suka melakukan  intropeksi dan banyak merenungkan tentang apa yang sebetulnya sedang terjadi didalam dirinya. Banyak diantara mereka berpikir untuk berbuat sesuatu dalam sisa waktu hidupnya. Orang dewasa yang berusia 40 tahun ke atas secara mental juga mulai mempersiapkan diri  untuk sewaktu-waktu menghadapi persoalan yang bakal terjadi. Pria lebih sering memikirkan kesehatan tubuhnya, serangan jantung dan kematian. Wanita, disamping memikirkan hal-hal tersebut, ketakutan menjadi janda merupapkan persoalan yang banyak membebani pikirannya. 
c.       Perkembangan Integritas
Integritas (integrity) merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas merupakan suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, oarang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Seseorang yang berhasil menangani masalah yang timbul pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan mendapatkan perasaan utuh atau integritas. Sebaliknya usia tua melakukan peninjauan kembali terhadap kehidupannya yang silam dengan penuh penyesalan, menilai kehidupannya sebagai suatu rangkaian hilangnya kesempatan dan kegagalan, maka pada tahun-tahun akhir kehidupan ini akan merupakan tahun-tahun yang penuh dengan keputusasaan.
Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, di mana orang-orang yang tengah berada pada usia ini sering disebut sebagai orang usia tua atau orang usia lanjut. Usia di atas 65 tahun, banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang merasa tak berdaya.
Meskipun mereka pada dasarnya mEmbutuhkan pertolongan orang lain, namun mereka juga sangat ingin menunjukkan bahwa dirinya masih mampu melakukan aktivitas sendiri, dan mereka masih mempunyai kekuatan dan wewenang.





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Masa dewasa adalah mampu  memposisikan diri dengan tepat dalam menyikapi suatu masalah dan mampu membuat keputusan sendiri serta tidak akan menyesali keputusannya tersebut.
2.      Faktor yang Mempengaruhi Masa Dewasa
a.       Perkembangan Fisik dibagi menjadi 3 yaitu
1)      Kesehatan badan
2)      Perkembangan sensor
3)      Perkembangan otak
b.      Perkembangan kognitif dibagi menjadi 3 yaitu
1)      Perkembangan pemikiran Post formal
2)      Perkembangan memori
3)      Perkembangan intelegensi
c.       Perkembangan Psikososial dibagi menjadi 3 yaitu
1)   Perkembangan keintiman
2)   Perkembangan generativitas
3)   Perkembangan integritas




DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2012.Psikologi Perkembangan.Bandung.PT Remaja Rosdakarya.




[1] Desmita,Psikologi Perkembangan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),234.
[2] Desmita,Psikologi Perkembangan., 234.
[3] Desmita,Psikologi Perkembangan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),236.
[4] Desmita,Psikologi Perkembangan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),237.
[5] Memori yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman tertentu disekitar kehidupan kita.
[6] Desmita,Psikologi Perkembangan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),242.
[7] Desmita,Psikologi Perkembangan.,242.
[8] Desmita,Psikologi Perkembangan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),245.
[9] Desmita,Psikologi Perkembangan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012),252.

No comments:

cari judul makalah