KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam
semoga dilimpahkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi
sekalian alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang
setia sampai hari kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami mengenai Muhkam dan Mutasyabbih. Semoga usaha penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini merupakan usaha
yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.
Dan tak
lain yang kami harapkan adalah syafaat, berkah darimu ya Muhammad. Semoga kita
selalu dalam lindungan Illahi Rabbil Izzati, dan mampu meneladani kemuliaan
akhlaqmu yang teruntai di dalam sunnah-nabawiyahmu. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
November , 2015
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar…………………………………………………………………………….………………………..
Daftar
isi………………………………………………………………………………………………..………………..
BAB
I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………
1.1
Latar Belakang……………………………………………………….…………………………………..
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………………….…………..
1.3
Tujuan Masalah………………………………………………………………….………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………
2.1 Apa pengertian dari Muhkam dan Mutasyabbih
itu?.......................................
2.2 Macam-macam Muhkam dan Mutasyabbih? ……………………………………
2.3 Bagaimana pendapat para ulama tentang Muhkam dan Mutasyabbih?....................
2.4 Hikmah adanya ayat-ayat muhkam dan mutasyabbih?...............................
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………...
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Allah menurunkan Quran kepada hambaNYA agar ia menjadi pemberi peringatan
bagi semesta alam.ia menggariskan bagi makhlukNYA itu aqidah yang benar dan
prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas keterangannya dan jelas
cirri-cirinya. Itu semua merupakan karuniaNYA kepada umat manusia, dimana ia
menetapkan bagi mereka pokok-pokok agama untuk menyelamatkan aqidah mereka dan
menerangkan jalan lurus yang harus mereka tempuh. Ayat-ayat tersebut adalah
Ummul kitab yang tidak di perselisihkan lagi pemahamanya demi menyelamatkan
umat islam.
Pembahasan tentang muhkam dan
mutasyâbih ini sangat penting. Karena betapa banyak orang yang tersesat akibat
salah memahami kalâmullâh, tidak bisa membedakan antara yang muhkam dan
mutasyâbih atau salah dalam menyikapi keduanya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Muhkam dan Mutasyabbih ?
2. Bagaimana pendapat para ulama tentang Muhkam dan Mutasyabbih?
3. Hikamah Muhkam dan Mutasyabbih?
1.3 Tujuan Masalah
1.
1. Untuk mengetahui apa pengertian Muhkam dan Mutasyabbih itu
2. Untuk mengetahui Bagaimana perbedaan para ulama tentang Muhkam dan Mutasyabbih
3.
Untuk mengetahui hikmah Muhkam dan Mutasyabbih
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Muhkan dan Mutasyabbih
1.
Al-Muhkam,
Muhkam berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan.
Sedangkan secara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain.
Muhkam berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan.
Sedangkan secara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain.
Contoh ayat muhkam
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
“ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan
seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (Al-Hujarat: 13).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Artinya:
“hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21).
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya:
“ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al-Baqarah: 275).
2. Mutasyabbih
Secara bahasa berarti
tasyabbuh, yakni bila salah dari dua hal serupa dengan yang lain.
Sedangkan secara terminology Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum
jelas maksudnya,dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya
yang tersembunyi, dan memerlukan
keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya
.
Contoh ayat Mutasyabih
الرَّحْمَنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya: “ yaitu Tuhan
Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy”. (Thaha: 5).
كُلُّ
شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
Artinya: “ tiap-tiap
sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah”. (Al-qashash: 88)
يَدُ
اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
Artinya: “tangan-tangan
Allah diatas tangan mereka”. (Al-Fath: 10).
.2.2 Macam-macam Ayat Mutasyabih
Sesuai dengan sebab-sebab adanya
ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an, maka ayat-ayat tersebut dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu:
- Ayat-ayat
mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, atau
kecuali Allah SWT. Contohnya seperti Dzat Allah SWT, hakikat
sifat-sifatNya, waktu datangnya hari kiamat, dan hal-hal ghoib lainnya.
Seperti keterangan surah Al-An’am ayat 59:
Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghoib: tidak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri.”
Dan seperti isi surat lukman ayat
34:
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya
pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.”
- Ayat-ayat
mutasyabihat yang dapat diketahui maksudnya oleh semua orang. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan pembahasan dan pengkajian/penelitian yang
mendalam. Contohnya ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat
ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya.
Jadi, dalam menyikapi ayat-ayat ini
adalah merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak, menqayidkan yang mutlak,
menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya. Seperti dalam firman Allah Q.S.
An-Nisa ayat 3:
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak
akan berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim, maka kawinilah
wanita-wanita (lain).”
Maksud ayat ini tidak jelas dan
ketidak jelasannya timbul karena lafalnya yang ringkas. Kalimat asalnya
berbunyi:
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim sekiranya kamu kawini
mereka, maka kawinilah wanita-wanita selain mereka.”
- Ayat-ayat
mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain,
bukan semua orang. Ahmad Syadzali dalam bukunya tipe yang ketiga ini lebih
menspesifikkan lagi. Ia menyatakan maksudnya ayat-ayat tersebut hanya
dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama. Jadi bukan
semua ulama apalagi orang awam yang dapat mengetahui maksudnya.
Allah berfirman dalam surat Ali
Imran ayat 7:
Artinya: “Padahal tidak ada yang
mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya.”
Dalam pengertian yang sama, Al-Raghib
Al-Ashfahani memberikan penjelasan yang mirip. Menurut dia, ayat-ayat
mutasyabihat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu jenis yang tidak ada jalan untuk
mengetahuinya, seperti waktu kiamat, keluarnya dabbah (binatang), dan
sebagainya; jenis yang dapat diketahui manusia seperti lafal-lafal yang ganjil
(gharib) dan hukum yang tertutup, dan jenis yang hanya diketahui oleh ulama
tertentu yang sudah mendapat ilmu. Jenis terakhir inilah yang disyaratkan Nabi
dengan doanya bagi Ibnu Abbas:
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah dia
seorang yang paham dalam Agama, dan ajarkanlah kepadanya takwil.”
2.3 .PENDAPAT
ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIH DAN AYAT-AYAT MUHKAM.
Menurut Al-Zarqani,
ayat-ayat Mutasyabih dapat dibagi 3 ( tiga ) macam :
1)
Ayat-ayat yang
seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya, seperti pengetahuan tentang
zat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-sifat zat Allah.
Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 59 :
Artinya : “dan pada sisi Allah
kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahui kecuali Dia
sendiri.
2)
Ayat-ayat yang setiap orang biasa mengetahui
maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayat : mutasyabihat
yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutannya, dan seumpamanya.
Contoh surat An-Nisa’
ayat 3 :
Artinya : “dan jika
kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap perempuan yatim (bila mana
kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi”.
3)
Ayat-ayat
mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para Ulama tertentu dan bukan
semua Ulama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi
hati seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid. Sebagai mana diisyaratkan oleh
Nabi dengan do’anya bagi Ibnu Abbas :
Artinya :“ Ya Tuhanku, jadikanlah
seseorang yang paham dalam agama,dan ajarkanlah kepada takwil”.
Mengenal ayat-ayat yang berhubungan
dengan sifat-sifat Allah, pendapat Ulama terbagi kepada dua mazhab :
1. Mazhab salaf.
Yaitu mazhab yang mempunyai dan
mengimani sifat-sifat Allah yang Mutasyabih, dan menyerahkan hakikatnya kepada
Allah.
2. Mazhab Khakaf.
Yaitu Ulama yang menakwilkan lafal
yang maknanya lahirnya musthahil kepada makna yang baik bagi zat Allah,
contohnya mazhab ini mengartikan mata dengan pengawasan Allah, tangan diartikan
kekuasaan Allah, dan lain-lain.
Pada hakikatnya tidak ada
pertentangan antara pendapat Ulama tersebut, permasalahannya hanya berkisar
pada perbedaan dalam menakwilkannya.
Secara teoritis pendapat Ulama dapat
di kompromikan, dan secara praktis penerapan mazhab khalaf lebih dapat memenuhi
tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang dan kritis.
Dengan melihat kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin
berpikirkritis dewasa, maka mazhab khalaf atau mazhab takwil ini yang lebih
tepat diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan mengikuti
ketentuan takwil yang dikenal dengan ilmu tafsir.
2.4 HIKMAH ADANYA AYAT-AYAT MUTASYABIHAT DAN AL- MUHKAM
1. Ayat-ayat Mutasyabbihat ini
mengharuskan upaya yang lebih
banyak untuk mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang
mengkajinya.
2. Jika ayat-ayat Al-Qur’an mengandung ayat Mutasyabihat maka untuk memehami diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara satu dengan yang lainnya, hal ini memerlukan berbagai ilmu, seperti Bahasa, Gramatika, Ma’ni, Ilmu Bayan, Ushul Fiqih, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat merupakan rahmat bagi manusia yang lemah yang tidak mengetahui segala sesuatu.
4. Ayat ini juga merupakam cobaan bagi manusia apakah mereka percaya atau tidak tentang hal yang gaib.
5. Ayat ini menjadi dalil atas kebodohan dan kelemahan manusia.
6. Ayat ini dalam Al-Qur’an menguatkan kemukjjizatannya.
2. Jika ayat-ayat Al-Qur’an mengandung ayat Mutasyabihat maka untuk memehami diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara satu dengan yang lainnya, hal ini memerlukan berbagai ilmu, seperti Bahasa, Gramatika, Ma’ni, Ilmu Bayan, Ushul Fiqih, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat merupakan rahmat bagi manusia yang lemah yang tidak mengetahui segala sesuatu.
4. Ayat ini juga merupakam cobaan bagi manusia apakah mereka percaya atau tidak tentang hal yang gaib.
5. Ayat ini menjadi dalil atas kebodohan dan kelemahan manusia.
6. Ayat ini dalam Al-Qur’an menguatkan kemukjjizatannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Dari definisi-definisi tentang
muhkam dan mutasyabih di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa muhkam adalah
suatu lafadz yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat berdiri sendiri
serta mudah dipahami. Sedangkan mutasyabih adalah suatu lafadz yang artinya
samar, maksudnya tidak jelas dan sulit bisa ditangkap karena mengandung
penafsiran yang berbeda-beda dan bisa jadi mengandung pengertian arti yang
bermacam-macam.
Adapun penyebab terjadinya tasyabuh
dalam Al-Qur’an adalah ketersembunyian dalam makna dan lafal. Sedangkan
macam-macam ayat mutasyabih ada tiga; ayat yang tidak dapat diketahui artinya
kecuali oleh Allah, ayat yang dapat diketahui artinya dengan jalan pembahasan,
dan ayat yang dapat diketahui artinya oleh ulama tertentu.
Pandangan ulama mengenai ayat-ayat
mutasyabihat dan dipahami manusia atau tidak ada dua pendapat. Sebagian ulama
ada yang mengatakan bahwa arti dan ayat-ayat mutasyabihat dapat diketahui oleh
umat manusia, dan ulama yang lain mengatakan bahwa umat manusia tidak dapat
mengetahuinya.
Di antara hikmah ayat-ayat muhkamat
adalah memberi rahmat pada manusia, khususnya orang yang bahasa Arabnya lemah,
memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya juga memudahkan mereka
menghayati makna maksudnya agar mudah melaksanakan ajaran-ajarannya. Sedangkan
hikmah dari ayat-ayat mutasyabihat salah satunya adalah menambah pahala usaha
umat manusia, dengan bertambah sukarnya memahami ayat-ayat mutasyabih sebab
semakin sukar pekerjaan seseorang maka akan semakin besar jugalah pahalanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Syadali,
Ahmad, dkk.2000.Ulumul Quran I.Bandung:Pustaka setia.
H.A.,
Abdul Djalal.2000.Ulumul Quran.Surabaya:Dunia Ilmu.
Manna Kholil Al- Qattan.1973.
Mabahis fi ‘ulumil Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.
No comments:
Post a Comment