BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa)
adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka
memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh
oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah penedekatan kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL).
oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah penedekatan kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL).
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks
ke permasalahan/ konteks lainnya.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan CTL(contextual teaching & learning) ?
2.
Apa
saja ciri-ciri pembelajaran CTL ?
3.
Apa
komponen utama dalam pembelajaran CTL ?
4.
Bagaimana
langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran CTL ?
5.
Apa
kelebihan dan kekurangan pembelajaran CTL ?
1.3
TUJUAN
MASALAH
1.
Untuk
mengetahui pengertian contextual teaching and learning .
2.
Untuk
mengetahui ciri-ciri pembelajaran CTL
3.
Untuk
mengetahui komponen utama dalam pembelajaran CTL
4.
Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran CTL
5.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran CTL
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
CTL (contextual teaching and learning)
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi
prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru
datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di
kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah "konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment)".
Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika
siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya
dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan
linkungan sekitarnya.
Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual
kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di
laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan
pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar
yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial,
budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara
aktif pemahamannya.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna
antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata;
konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan.
Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal
dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah
energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena
dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam
dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan
pengaruhnya terhadap lingkungan.
2.
Ciri-ciri
pembelajaran CTL
a.
Kerjasama.
b.
Saling menunjang.
c.
Menyenangkan, tidak membosankan.
d.
Belajar dengan bergairah.
e.
Pembelajaran terintegrasi.
f.
Menggunakan berbagai sumber.
g.
Siswa aktif.
h.
Sharing dengan teman.
i.
Siswa kritis guru kreatif.
j.
Dinding dan lorong-lorong penuh
dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
k.
Laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan
lain-lain.
Karakteristik
pembelajaran menurut johnson :
a)
Melakukan hubungan yang bermakna (Making
Meaningful Connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung
dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan
isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan
pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka
alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang
membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
b)
Melakukan kegiatan-kegiatan yang
berarti (Doing Significant Works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
c)
Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated
Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
d)
Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama.
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
e)
Berpikir kritis dan kreatif (Critical
dan Creative Thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
f)
Mengasuh atau memelihara pribadi
siswa (Nuturing The Individual)Dalam pembelajaran kontekstual siswa
bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan,
tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung
jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual
juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan
dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
g)
Mencapai standar yang tinggi (Reaching High
Standards)Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa
berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa
bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan
potensi dan kekuatannya.
h)
Menggunakan Penilaian yang otentik (Using
Authentic Assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
3.
Komponen utama pembelajaran
CTL(menurut depdiknas)
pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan
(Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya
(Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:
1.
Konstruktivisme
(constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif
secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuanyang dimilikinya.
2.
Menemukan (Inquiry). Menemukan
merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi
(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis),
pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).
3.
Bertanya
(Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual.
Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman
siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak
lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4.
Masyarakat Belajar (Learning
Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’
antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat
belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5.
Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada
dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru
menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari
luar.
6.
Refleksi
(Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang
baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu.
7.
Penilaian yang sebenarnya ( Authentic
Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil.
4.
Langkah-langkah
pembelajaran CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah.
Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah
sebagai berikut:
·
Kembangkan pemikiran bahwa siswa
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
·
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik.
·
Kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya.
·
Ciptakan masyarakat belajar.
·
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
·
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
·
Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment) dengan berbagai cara.
5.
Kelebihan
dan kekurangan pembelajaran CTL
A.
Kelebihan
1.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak
akan mudah dilupakan.
2.
Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
B.
Kekurangan
1.
Guru lebih intensif dalam
membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”
penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
CTL merupakan suatu konsep
belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.
Ciri-ciri
pembelajaran CTL
A.
Kerjasama.
B.
Saling menunjang.
C.
Menyenangkan, tidak membosankan.
D.
Belajar dengan bergairah.
E.
Pembelajaran terintegrasi.
F.
Menggunakan berbagai sumber.
G.
Siswa aktif.
H.
Sharing dengan teman.
I.
Siswa kritis guru kreatif.
J.
Dinding dan lorong-lorong penuh
dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
K.
Laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan
lain-lain.
3.
pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan
(Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya
(Authentic).
4.
langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam CTL adalah sebagai berikut:
·
Kembangkan pemikiran bahwa siswa
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
·
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik.
·
Kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya.
·
Ciptakan masyarakat belajar.
·
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
·
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
·
Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment) dengan berbagai cara.
5.
Kelebihan
* Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil.
* Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa
Kekurangan
* Guru lebih intensif dalam membimbing.
* Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman.
2010. Belajar dan Pembelajaran . Bandung : ALFABETA
Budiningsih,
C.Asri., DR. 2005 Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.
Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif.
Pustaka Depdiknas
Hobri
, 2004 ,Model-model Pembelajaran Inovatif . Surabaya : Unesa University
Press
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta.
Johnson
, E.B. 2002 .Contextual Teaching and Learning, what it is and why it’s here
stay. California : Corrwin Prees
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Ramadhan,A.Tarmizi.2008.Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelaja
ran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/. Diakses tanggal 30 maret
2015.
No comments:
Post a Comment