Search makalah

Sunday 10 December 2017

MAKALAH PENTINGNYA BIMBINGAN dan KONSELING DALAM PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya dan konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu
pemahaman diri dan lingkuangan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa mendatang.
Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan konseling akan sangat membantu lancaranya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat sekali membutuhkan suatu wadah(bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara khusus peran bimbingan dan konseling dalam sekolah. Karena dari beberapa literature yang penulis temukan, bimbingan dan konseling di sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya tujuan dari pendidikan. Selain itu juga sangat jarang sekali ditemukan bimbingan-bimbingan di luar institusi pendidikan.


 
B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?
2.    Bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?
3.  Bagaimana tujuan bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar :
1.      Pembaca bisa mengerti pentingnya Bimbingan dan Koneling dalam pendidikan
2.      Pembaca mengetahui apa tujuan dari Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan
3.      Pembaca mengerti kedudukan dari Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan/sekolah
4.      Pembaca bisa paham bagaimana peran Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan atau sekolah
5.      Pembaca mengerti polo-pola kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan

                                                      



BAB II
PEMBAHASAN

A.    BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN
       Perlunya usaha pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan dilatar belakangi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor perkembangan pendidikan itu sendiri, faktor sosio-kultural dan faktor psikologis.
1.      Faktor Perkembangan Pendidikan
Faktor perkembangan pendidikan ditemukan pada kenyataan-kenyataan yang menunjukkan perlunya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
a.      Demokratisasi Pendidikan
Azas demokratisasi yang dianut dan berkembang sebagai falsafah hidup bangsa di hampir segenap penjuru dunia dewasa ini, telah menyebabkan munculnya demokrasi dalam segala aspek kehidupan, termasuk di dalam aspek pendidikan. Yang sering dikenal dengan istilah “demokratisasi pendidikan”, mengandung pengertian “pemberian kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun badan-badan swasta”.
b.      Perubahan Sistem Pendidikan
Pada faktor ini ditemui kenyataan bahwa banyak para peserta didik yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan dan perubahan sisitem pendidikan. Namun mereka tetap dituntut untuk mampu menyesuaikan diri, sedangkan suatu pendidikan akan akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Kesulitan dalam penyesuaian diri serta masalah-masalah yang dihadapi para peserta didik inilah yang jelas tidak mungkin dapat diselesaikan oleh para tenaga edukatif (guru/dosen). Oleh sebab itu di lembaga-lembaga pendidikan diadakan pelayanan bimbingan dan konseling yang di tangani oleh tenaga-tenaga yang kompeten.[1]
c.       Perluasan Program Pendidikan
Sehubungan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat yang dinamis itu, maka perluasan program pendidikan terlihat mengarah pada 3 dimensi, yakni dimensi meniggi, mendatar, dan mendalam.
Dalam program pendidikan ke arah dimensi yang meninggi termasifestasi dalam bertambahnya kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Yang akan menimbulkan kebutuhan terhadap bimbingan dan konseling yakni dalam hal membantu peserta didik dalam memilih sekolah jurusan yang paling tepat untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi.
Sedangkan perluasan program pendidikan ke arah dimensi yang mendatar terlihat dalam pembagian jenis sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan.
Adapun perluasan program pendidikan ke arah dimensi yang mendalam termanifestasi dalam meningkatkan kesukaran hidup yang menuntut seseorang untuk menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang matang untuk menghadapi segala tantangan dalam hidupnya.
2.      Faktor sosial kultural
Faktor ini muncul sebagai akibat dari perubahan sosial dan budaya yang menimbulkan kesenjangan antara satu golongan dengan golongan lain.

3.      Faktor psikologi
Dari segi psikologis anak adalah pribadi yang sedang berkembang yang menuju kearah kedewasaan, perubahan tersebut menyebabkan berada dalam keadaan yang sulit. Untuk itu, mereka perlu mempersiapkan diri dari segala intelektual emosional.[2]
B.     PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN
Bila melihat faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau lembaga pendidikan, maka nampaknya kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya merupakan keharusan, tetapi juga menuntut suatu lembaga dan tenaga professional dalam pengelolaannya.
1.      Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Seperti diketahui di dalam kegiatan pendidikan di sekolahatau lembaga pendidikan formal,pada umumnya sekurang-kurangnya ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan, yaitu:
a.       Bidang intruksional dan kurikulum.bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta didik.
b.      Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien.
c.       Bidang pembinaan pribadi. Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan bathiniyah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.[3]
2.      Pola Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan.
Bimbingan dan konseling yang berkedudukan sebagai bagian integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinan operasionalnya.
a.       Pola pertama, bimbingan identik dengan pendidikan. Karena baik prinsip maupun tujuannya mampu mengantarkan individu peserta didik untuk mempertumbuhkan dan memperkembangkan dirinya secara optimal.
b.      Pola kedua, bimbingan sebagai pelengkap pendidikan. Dalam pola ini beranggapan bahwa sistem pendidikan yang yang berjalan sekarang, banyak ditemukan celah-celah dan kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, peran bimbingan dan konseling sangatlahh penting. Yakni sebagai jembatan yang mengantarai atau menutupi celah-celah atau kekurangan yang ditemukan dalam sistem pendidikan tersebut.
c.       Pola ketiga, bimbingan dan konseling bagian dari kurikuler. Pola ketiga ini di tandai dengan disediakannya jam-jam pelajaran khusus memberikan pelayanan bimbingan secara kelompok.
d.      Pola keempat, yakni bimbingan dan konseling bagian dari layanan urusan keseiswaan. Pada pola ini BK merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pembinaan pribadi peserta didik, yang melembaga untuk mendukung kesuksesan kelancaran studi para peserta didik.
e.       Pola kelima, BK sebagai sub sisitem pendidikan. Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.[4]
3.      Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan yaitu sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 1989. Peran ini dimanifestasikam dalam bentuk membantu para peserta untuk mengembangkan kompetensi relegius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademik dan profesional ssesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
C.     Tujuan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Ada 7 kategori besar penekanan tujuan bimbingan yaitu :
1.      Pengembangan diri secara maksimum (maximum self development)
2.      Arah diri yang sepenuhnya (ultimate self direction)
3.      Memahami diri (self understanding)
4.      Membuat keputusan pendidikan dan jabatan (uducational-vocational decition making)
5.      Penyesuaian (adjusment)
6.      Belajar yang optimum di sekolah (optimum school learning)
7.      Pernyataan-pernyataan gabungan (omnibum statements)[5]
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur  (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu  atau yang perlu  ‘dipanggil’  saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
Bimbingan Konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Karena itu, Struktur kurikulum yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup tugas Bimbingan Konseling pada pengembangan diri peserta didik.

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu membantu peserta didik :
1.      untuk mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin
2.      untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri
3.      untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi ling-  kungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan
4.      untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya
5.      untuk mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya.[6]










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai alat untuk Pemahaman terhadap perkembangan siswa dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu siswa mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru Perkembangan siswa di sekolah meliputi aspek-aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian. Kenyataan menunjukan bahwa pada setiap siswa memiliki karakteristik pribadi atau perlaku yang relatif berbeda dengan siswa lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap siswa.
Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademik dan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
Adapun tujuan khusus dari bimbingan dan konseling di sekolah yaitu mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, memahami kesulitan yang dialami oleh peserta didik, mengatasi masalah yang terjadi pada peserta didik, dan membantu peserta didik dalam menyalurkan kemampuan, bakat dan minatnya.













DAFTAR PUSTAKA
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pres, 2005).
Tohirin, Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah berbasis intregasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007).
Mappiare, Andi, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Usana Offset Printing, 2008).






[1] Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press,  2005), hlm: 25
[2] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 34
[3] Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press,  2005), hlm: 37
[4] Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press,  2005), hlm: 43-49
[5] Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Usana Offset Printing, 1984), hlm: 204

[6] Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Usana Offset Printing, 2008), hlm: 35

No comments:

cari judul makalah