BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadist
adalah segala tingkah laku, persetujuan dan sabda Nabi Muhammad SAW.
Banyak Hadist yang mengajarkan suatu keislaman kepada umat manusia dengan
menggunakan metode tertentu. Bahkan terkadang suatu materi disampaikan Nabi SAW
dengan menggunakan metode yang berbeda dalam kondisi yang bebeda. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya metode
penyampaian bahan pelajaran agar dapat diterima anak didik dengan baik.
penyampaian bahan pelajaran agar dapat diterima anak didik dengan baik.
Salah satu faktor
terpenting untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan adalah dengan metode pendidikan yang baik
dan tepat. Sehingga bisa dibilang kedudukan sebuah metode sangatlah signifikan. Sebaik apapun tujuan
pendidikan, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan tersebut akan
sulit tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya
sebuah informasi dapat diterima secara lengkap atau tidak. Bahkan metode
sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap lebih penting dengan
materi itu sendiri, ini sesuai dengan hikmah yang selalu diingatkan kepada para
pendidik yaitu “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah”( metode jauh lebih
penting daripada materi). Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode dalam proses
pembelajaran haruslah dipilih secara cermat dan tepat, agar hasil
pendidikan dapat memuaskan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Metode Itu ?
2.
Apa
Saja Macam-macam Metode Itu ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Metode
2.
Untuk
Mengetahui Macam-macam Metode
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode
Metode adalah rencana
menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian bahan/materi pelajaran secara
sistematis dan metodologis serta didasarkan atas suatu pendekatan, sehingga
perbedaan pendekatan mengakibatkan perbedaan penggunaan metode. Jika metode
tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai
jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku sehingga terlihat dalam pribadi
subjek dan obyek pendidikan, yaitu pribadi Islami. Selain itu, metode dapat
membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran
Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.(Nata, 2001:
91).
Metode, merupakan alat
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat ini mempunyai dua
fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis, bilamana
metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu
pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun dan memperbaiki.
Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan
kemampuan dari metode sebagai alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana metode
mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya
mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut
kondisi sasarannya. Mengingat sasaran metode adalah manusia, maka pendidik
dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Metode pendidikan yang
tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses
pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena
itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil
guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna adalah metode yang mengandung nilai-nilai
instrinsik dan ekstrinsik, sejalan dengan materi pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung
dalam tujuan pendidikan Islam. Nahlawi mengatakan, metode pendidikan Islam
adalah metode dialog, metode kisah Qur’ani dan Nabawi, metode perumpamaan
Qur’ani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode
ibrah dan nasihat serta metode tarģîb dan tarhîb.
B.
Macam-macam Metode.
Dalam filsafat ilmu metode ini
metode ini masuk pada aspek epistemologi
ilmu, misalnya bagaimana (how) mengajarkan ilmu dan bagaimana
pelajaran dapat diterima? Materi
pelajaran ilmu masuk pada ontologi apa (what) hakikat materi
pelajaran yang akan diberikan? Sedang tujuan dan kegunaan ilmu itu masuk pada
ranah askiologi, mengapa (why) materi itu dipelajari apa gunanya dan apa
tujuanya?. Cukup banyak hadist yang mengandung konsep metode dan pendekatan
pembelajaran seperti metode drill dan exsperimen, asistensi, tanya jawab, dan
sosiodrama.
1.
Metode
Driil dan Eksperimen
عن
ابئ هر يرة ان رسول الله صلى الله علىه وسلم دخل المسجد فد خل رجل فصلى فسلم على
النبى صلى الله علىه وسلم فرد وقال ارجع فصل فإنك لم تصل فرجع يصلى كما صلى ثم جاء
فسلم على النبي صلى الله عليه وسلم فقال ارجع فصل فإنك لم تصل سلاسا فقال والذى
بعشك بالحق ما أحسن غيره فعلمني فقل إذا قمت إلى الصلاة فكبر ثم اقرأ ما تىسر معك
من القران ثم ار كع حتى تطمئن ساجدا ثم ارفع حتى تعدل قائما ثم اسجد حتى تطمئن
ساجدا ثم ارفع حتى تطمئن جلسا وافعل ذلك في صلاتك كلها (متفق عليه)
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW masuk ke
masjid, kemudian ada seorang laki-laki masuk juga untuk melaksanakan shalat.
Setelah shalat memberi salam kepada Nabi SAW Nabi pun menjawab dan bersabda:”
Ulangi, maka shalatlah sesungguhnya engkau belum shalat”. Laki-laki itu
mengulangi shalat sebagaimana yang telah dilaksanakan. Kemudian datang memberi
salam kepada Nabi, beliau bersabda lagi: “ulangilah shalat, sesungguhnya engkau
belum shalat” sampai tiga kali.
Laki-laki itu berkata :” Demi Dzat yang mengutus engkau dengan membawa
kebenaran aku tidak dapat memperbaiki shalat selainya, maka ajarkanlah aku.
Beliau bersabda:” jika kamu berdiri akan shalat maka bertakbirlah kemudian
bacalah apa yang mudah bersamamu dari pada Al-Qur’an, kemudian rukuklah
sehingga tenang sebagai orang yang rukuk beneran (thumakninah). Kemudian
bangunlah dari rukuk sehingga tegak berdiri (I’tidal). Kemudian sujudlah sehingga
tenang sebagai orang yang sujud beneran (thumakninah). Kemudian bangunlah dari
sujud sehingga tenang sebagai orang yang duduk (thumakninah). Dan kerjakanlah
demikian itu di seluruh shalatmu.” (HR. Bukhari dan muslim).
Penjelasan
(Syarah Hadist)
Hadist di atas menjelaskan bagaimana
Nabi mengajarkan shalat kepada seorang sahabat yang belum bisa melakukan dengan
benar. Begitu beliau masuk duduk di dalam masjid ada seorang laki-laki-dalam
satu riwayat Khalat bin Rafi’bin kakek Ali bin Yahya sanad Hadist-masuk ke
masjid melakukan shalat tahiyyatul-Masjid.
Metode pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada Hadist di atas
dapat disebut metode drill, exsperimen, dan demonstrasi. Karena seorang
laki-laki tersebut memperlihatkan bagaimana cara shalat yang benar dan berusaha
melaksanakanya secara benar, sehingga diulang-ulang sampai tiga kali.
Kemungkinan ia sudah pernah belajar dari orang lain tetapi belum memenuhi
sasaran yang benar. Kemampuanya terbatas pelaksanaan shalatnya kurang benar
kemudian diluruskan dan didemonstrasikan Nabi SAW begini cara shalat yang benar.
Metode exsperimen di sini guru yakni Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut
sebagai muridnya mengajarkan cara shalat yang benar sebagai latihan praktis
dari apa yang diketahui. Ia dicoba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuanya, setelah tidak ada disebut inkuiri (inquiri) arti harfiahnya
adalah pertanyaan pemeriksaan dan penyelidikan. Maksudnya rangkaian
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan satu masalah yang dipertanyakan
(Sanjaya, 2009:196).
Dalam pelaksanaan pendidikan agama banyak digunakan metode
demonstrasi dan exsperimen, terutama dalam menerangkan atau menjelaskan tentang
cara mengerjakan (kaifiiat) suatu ibadah misalnya : berwudhu, shalat, dan haji.
Bahkan Rasulullah SAW mengajarkan shalat dengan cara demonstrasi, hal ini
terganbar pada Hadist Rasulullah:
وَصَلُّو
ا كَمَا رَ ٲَ
يْتُمثو نِي أُ صَلّيِ
Artinya :”Shalatlah kamu
sebagaimana aku melaksanakan shalat. ”(HR.al-Bukhari).
Hadist ini perintah kepada kita
untuk mendemonstrasikan shalat sebagaimana Nabi melaksanakanya tidak hanya
mengetahui teorinya saja akan tetapi lebih pragmatis.
Pelajaran yang dapat dipetik dari
Hadis ini ialah, (a) bahwasanya ibadah itu dikerjakan berdasarkan ilmu, tanpa
ilmu ibadah tidaklah sah, (b) Pengajaran ibadah seperti shalat dengan
menggunakan metode riil, eksperimen dan demonstrasi lebih baik karena guru
langsung melihat kesalahan dan kebenaran suatu ibadah yang dikerjakan oleh
murid, (c) murid diberikan kesempatan untuk mengevaluasi diri, mengoreksi diri
dan berusaha memperbaiki diri dalam melakukan pembelajaran shalat, (d) shalat
tahiyyatul masjid didahulukan daripada memberi salam dengan sesamanya, karena
hak Allah didahulukan dari pada hak manusia, (e) mengulang-ulang salam ketika
bertemu disunnahkan sekalipun pemisahnya sebentar.
2.
Metode
Asistensi
عن ربعي قال حدثنا رجل من بني عامر أنه استأذن على النبي صلى الله
عليه وسلم وهو في بيت فقال ألج فقال النبي صلى الله عليه وسلم لخادمه اخرج إلى هذا
فعلمه إلاستئذان فقال له قل السلام عليكم أأدخل فسمعه الرجل فقال اسلام عليكم
أأدخل فأذن له النبي صلى الله عليه وسلم فدخل (أخر جه أبو داود).
Dari Rib’y bin Hirasy berkata: “ seseorang dari bani Amir menceritakan
kepada kami bahwa ia minta izin untuk masuk ke rumah Nabi SAW, sedangkan beliau
berada dalam rumah. Orang itu mengucapkan “bolehkah saya masuk?” kemudian
Rasulullah SAW bersabda pada pelayannya:”keluarlah dan ajarkan kepada orang itu
tentang tata cara minta izin. Katakan kepadanya:” Ucapkanlah assalamu’alaikum
bolehkah saya masuk?”Orang itu mendengar apa yang disabdakan Beliau, maka ia
mengucapakan:”Assalamu’alaikum bolehkah saya masuk?” kemudian Nabi SAW memberi
izin kepadanya dan ia pun masuk”.(HR. Abu Daud).
Penjelasan
(Syarah Hdist)
Hadist di atas menjelaskan adab
masuk kerumah orang lain. Nabi tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah
beliau sebelum mengucapkan salam dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat
yang bernama Rib’i bin Hirasi memberitahukan bahwa ada seorang laki-laki dari
Bani Amir ingin bertemu dengan Rosululloh hanya minta izin atau permisi saja
tidak memberi salam terlebih dahulu dengan ucapanya:”bolehkah saya masuk?”Nama
seorang laki-laki Bani Amir di sini tidak disebutkan dalam ilmu hadist disebut
isim mubham, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, karena ia bertemu
dan beriman kepada rosulullah SAW. rosululloh SAW memgajarkan melalui
pembantuanya atau asisten untuk memberi pengajaran bagaimana sebenarnya dalam islam
etika masuk ke rumah orang lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya
dan minta izin.
Metode penyampaian Hadist di atas
dalam konteks pendidikkan adalah metode asistensi, artinya pengajaran masuk kerumah orang lain diberikan
oleh asisten Nabi yakni pembantunya tidak langsung oleh Nabi sendiri. Nabi
mengajarkan kepada asistennya dan asisten mengajarkan kepada tamu yang ingin
bertemu Rasulullah agar mengucapkan: “Assalamu’alaikum (dan permisi) bolehkah
saya masuk?” setelah itu baru dizinkan masuk. Demikian kebijakan seorang guru
yakni Rasulullah ketika melihat seorang sahabat
Pendidikan yang dipetik dari hadist ini
ialah, (a) adab masuk rumah orang lain mengucapkan salam dan
minta izin, (b) mengajarkan adab masuk ke rumah orang lain bagi tamu yang belum
paham tentang adab dalam Islam baik secara langsung maupun tidak langsung, (c)
metode pengajaran asistensi sedangkan asisten mengajarkan muridnya
dengan metode demonstrasi dan eksperimen.
3.
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan salah
satu cara penyampaian pelajaran kepada siswa dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab oleh siswa apabila ada petanyaan dari guru atau sebaliknya. Metode
tanya jawab dapat pula diartikan sebagai format interaksi antara guru-siswa
melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon
lisan dari siswa sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan guru pada diri siswa.
Dalam koteks ini kita dapat merujuk
pada hadist Rasulullah SAW yang artinya, Dari Umar bin-Khathab r.a berkata:
pada suatu hari ketika kami ada disamping Rasul datanglah seorang
laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut
sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang dan tidak ada yang
mengenalnya diantara kami seorang pun, sehingga dia duduk mendekati nabi dan
menyandarkan kedua lututnya pada ke dua lutut Nabi dan meletakkan ke dua
telapak tangannya keatas kedua pahanya. Lalu berkat: “hai Muhammad beritakan
padaku tentang islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan bawasanya Muhamad itu utusan Allah, dan kamu
menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan pergi haji ke
baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “kamu benar”. Umar berkata:
“kami heran, dia bertanya dan dia membenarkanya”. Lalu dia berkata lagi “beritakan
padaku tentang iman”. Lalu Nabi bersabda: “kamu percaya pada Allah para
malaikatnya, kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, hari akhir dan kamu percaya pada
takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “kamu
benar”. Kemudian dia berkata lagi, “beritakan
padaku tentang ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “kamu menyembah Allah seakan akan
kamu melihatnya, dan jika kamu tidak dapat melihatnaya maka sesungguhnya Allah
melihat kamu”. Orang itu berkata lagi: “beritakan
padaku tentang hari kiamat”. Nabi bersabda “tidaklah
orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu
dari pada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku tentang
tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda diantara tanda-tandanya jika
telah muncul budak yang melahirkan anak majikanya, dan kamu melihat orang yang
berjalan (nyeker), telanjang, dan makin
berlomba-lomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian pergilah orang tersebut,
maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian Nabi bersabda kepadaku:”Hai Umar
apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu ?” Saya menjawab hanya Allah dan
Rasul-Nya yang mengetahui”. Nabi bersabda:”Sesungguhnya dia adalah Malaikat
jibril datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu”. (H.R
Muslim).
Hadist diatas mengajarkan kepada
para sahabat dan kita semua tentang rukun agama, yaitu ada tiga perkara: Iman,
Islam dan Ihsan serta tanda-tanda dari kiamat. Pelajaran yng
dapat dipetik dari terjemahan hadis diatas adalah, (a) Malaikat dapat
berubah-ubah atau menjelma bentuk apa saja yang dikehendaki, (b) Adab seorang
murid terhadap seorang alim yang tawadhu’ baik dalam sikap
maupun ucapan, (c) Islam dan Iman berkumpul, Iman di artikan sebagai batin atau
hati seperti yang disebutkan dalam rukun-rukunya.
4.
Metode
Drama
Metode drama adalah suatu cara yang
digunakan oleh guru dengan cara memperagakan tentang suatu ilmu antara murid
dengan guru sehingga murid dapat memahami pelajaran apa yang diberikan oleh
guru terebut. Dengan begitu murid dapat mengetahui realita yang sebenarnya dan tidak
hanya menggunakan angan-anganya saja.
5.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode dengan
memberikan penjelasan tentang sebuah materi. Biasanya dilakukan di dengar
beberapa orang peserta didik. Metode ini menggunakan bahasa lisan. Peserta
didik biasanya duduk sambil menengarkan penjelasan materi yang di sampaikan
pendidik. Metode ini sering digunakan Rasulullah SAW, terutama pada saat beliau
berkhutbah sebelum melaksanakan salat jum’at. Metode ini pernah dilakukan oleh
Rasulullah, ketika turun wahyu yang memerintahkan untuk dakwah secara
terang-terangan :
حد ثنا قتيبة بن سعيد
وزهير بن حرب, قال, حدثنا جرير, عن عبد المالك بن عمر, عن موسي بن طلحة,عن ابي هريرة قل, لما انزلت هذه
الاية"وانذر عشيرتك الاقربين" (الشعراء [26]:125),
دعا رسول الله صلي الله عليه وسلم قرسيشا, فاجتعوا,
فعموخص. فقال," يابني كعب بن لؤي, انقذوا انفسكممنا لنار. يا بني مرة بن كعب,
انقذوا انفسكم من النار. يا بني هاشم, انقذوا انفسكم من النار. يا بني عبدالمطلب,
انقذوا انفسكم من النار. يا فا طمة, انقذي انفسك من النار, فاني لا املك لكم من الله
شيئا.غير ان لكم
رحما سا بلها ببلا لها."(رواه مسلم(
Artinya: Menceritakan
kepada kami Qutaibat ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata, “Menceritakan
kepada kami Jarir, dari ‘Abdul malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhat, dari
Abu Hurairat, ia berkata,“Tatkala diturunkan ayat ini: Dan peringatkanlah para
kerabatmu yang terdekat (Q.S.Al-Syu’ara:214), maka Rasulullah SAW memanggil
orang-orang Quraisy. Setelah mereka berkumpul,Rasulullah SAW berbicara secara
umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah
diri kalian dari neraka! Wahai bani Murrat ibnn Ka’ab, selamatkanlah diri
kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syam, selamatkanlah diri kalian dari
neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syam, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai
Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdul Muthalib,
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Fatimat, selamatkanlah dirimu dari
neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap
kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku
sambung dengan sungguh-sungguh.”(H.R.
Muslim).
Daya tarik ceramah bisa berbeda-beda
tergantung kepada siapa pembicaranya, bagaimana pribadi si pembaca,dan
bagaimana bobot pembicaraannya. Semua ini akan menjadi catatan yang mendasari
daya tarik ceramah yang di sampaikan. Ini mengingatkan atau memberi petunjuk,
bahwa jika seorang guru akan mempergunakan metode ceramah, dan ceramahnya ingin
diperhatikan orang maka ceramahnya itu harus mempunyai kualitas-kualitas sebagaimana
di sebutkan di atas. Di samping itu pemceramah harus memperhatikan penampilan
(performance), seperti cara berpakaian, memakai kopyah, mimik muka, semuanya
harus di perhatikan.
6.
Metode
Diskusi
Diskusi adalah tukar pikiran antara
dua orang atau lebih untuk menyelesaikan suatu persoalan. Metode
ini sering di gunakan Rasulullah SAW bersama para sahabat terutama mencari kata
sepakat. Al-Mubarakfury menyebutkan,
sebagai dikutip Nawwal al-Thuwairaqi, bahwa pada
perang badar kaum muslimin berhasil menawan 70 orang, yang di ikat dengan tali.
Rasulullah SAW membagikan mereka sebagai
tawanan kepada para sahabat dan beliau tetap berwasiat untuk berlaku baik
kepada mereka. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mengadakan
musyawarah dengan para sahabatnya
mengenai tindakan apa yang harus di perlakukan terhadap para tawanan.
Abu bakar al-shiddiq mengusulkan, mereka di beri kesempatan untuk menebus
dirinya, untuk menjadi sumber kekuatan bagi islam. Umar berpendapat agar mereka
di bunuh, Rasulullah SAW menerima pendapat Abu Bakar al-Shiddiq.
Dari riwayat di atas Rasulullah SAW
adalah orang yang suka berdiskusi, meskipun pada dasarnya beliau memiliki
wewenang untuk membuat keputusan sendiri. Tetapi, sebagai bentuk rasa keguruan
yang terdapat padanya, beliau tidak merasa bosan bahkan sering mengadakan
diskusi dengan para sahabat, apa bila ada persoalan bersama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, metode pembelajaran tidak bertentangan
dengan metode pendidikan Islam, kecuali dalam beberapa hal yang menyangkut
aplikasinya. Misalnya, metode diskusi dalam sistem pendidikan modern cenderung
liberal sehingga segala hal terkesan sah-sah saja untuk didiskusikan. Disamping
itu prosesi diskusi akan terasa hambar jika tidak dilakukan dengan perang
konsep atau adu argumentasi yang frontal sehingga suasana menjadi hangat. Semua
metode mempunyai keunggulan tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada. Untuk itu keberhasilan dalam proses belajar mengajar juga tak luput dari
ketepatan dalam memilih metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
B. Saran
Demikian
makalah yang kami buat. semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dalam pemahaman
dan pengetahuan kita tentang metode-metode pendidikan yang Nabi ajarkan pada
kita(melalui hadis). Namun sebagai manusia yang biasa yang masih jauh dari
kesempurnaan, kami sada masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Zuhairini.et al.metodik khusus pendidikan Agama. Malang :
Biro Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981, cet. Ke-7.
No comments:
Post a Comment