Search makalah

Wednesday 8 November 2017

MAKALAH SIFAT KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN RASULULLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hadist adalah segala tingkah laku, persetujuan dan sabda Nabi Muhammad SAW. Banyak Hadist yang mengajarkan suatu keislaman kepada umat manusia dengan menggunakan metode tertentu. Bahkan terkadang suatu materi disampaikan Nabi SAW dengan menggunakan metode yang berbeda dalam kondisi yang bebeda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya metode
penyampaian bahan pelajaran agar dapat diterima anak didik dengan baik.
Salah satu faktor terpenting untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan adalah dengan metode pendidikan yang baik dan tepat. Sehingga bisa dibilang kedudukan sebuah metode sangatlah signifikan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan tersebut akan sulit tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya sebuah informasi dapat diterima secara lengkap atau tidak. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap lebih penting dengan materi itu sendiri, ini sesuai dengan hikmah yang selalu diingatkan kepada para pendidik yaitu “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah”( metode jauh lebih penting daripada materi). Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode dalam proses pembelajaran haruslah dipilih secara  cermat dan tepat, agar hasil pendidikan dapat memuaskan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Metode Itu ?
2.      Apa Saja Macam-macam Metode Itu ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Metode
2.      Untuk Mengetahui Macam-macam Metode

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode
Metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian bahan/materi pelajaran secara sistematis dan metodologis serta didasarkan atas suatu pendekatan, sehingga perbedaan pendekatan mengakibatkan perbedaan penggunaan metode. Jika metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku sehingga terlihat dalam pribadi subjek dan obyek pendidikan, yaitu pribadi Islami. Selain itu, metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.(Nata, 2001: 91).
Metode, merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan kemampuan dari metode sebagai alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya. Mengingat sasaran metode adalah manusia, maka pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna adalah metode yang mengandung nilai-nilai instrinsik dan ekstrinsik, sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Nahlawi mengatakan, metode pendidikan Islam adalah metode dialog, metode kisah Qur’ani dan Nabawi, metode perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode tarģîb dan tarhîb.

B.     Macam-macam Metode.
Dalam filsafat ilmu metode ini metode ini masuk pada aspek epistemologi  ilmu, misalnya bagaimana (how) mengajarkan ilmu dan bagaimana pelajaran dapat diterima?  Materi pelajaran ilmu masuk pada ontologi apa (what) hakikat materi pelajaran yang akan diberikan? Sedang tujuan dan kegunaan ilmu itu masuk pada ranah askiologi, mengapa (why) materi itu dipelajari apa gunanya dan apa tujuanya?. Cukup banyak hadist yang mengandung konsep metode dan pendekatan pembelajaran seperti metode drill dan exsperimen, asistensi, tanya jawab, dan sosiodrama.
1.      Metode Driil dan Eksperimen
عن ابئ هر يرة ان رسول الله صلى الله علىه وسلم دخل المسجد فد خل رجل فصلى فسلم على النبى صلى الله علىه وسلم فرد وقال ارجع فصل فإنك لم تصل فرجع يصلى كما صلى ثم جاء فسلم على النبي صلى الله عليه وسلم فقال ارجع فصل فإنك لم تصل سلاسا فقال والذى بعشك بالحق ما أحسن غيره فعلمني فقل إذا قمت إلى الصلاة فكبر ثم اقرأ ما تىسر معك من القران ثم ار كع حتى تطمئن ساجدا ثم ارفع حتى تعدل قائما ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا ثم ارفع حتى تطمئن جلسا وافعل ذلك في صلاتك كلها (متفق عليه)
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW masuk ke masjid, kemudian ada seorang laki-laki masuk juga untuk melaksanakan shalat. Setelah shalat memberi salam kepada Nabi SAW Nabi pun menjawab dan bersabda:” Ulangi, maka shalatlah sesungguhnya engkau belum shalat”. Laki-laki itu mengulangi shalat sebagaimana yang telah dilaksanakan. Kemudian datang memberi salam kepada Nabi, beliau bersabda lagi: “ulangilah shalat, sesungguhnya engkau belum shalat”  sampai tiga kali. Laki-laki itu berkata :” Demi Dzat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran aku tidak dapat memperbaiki shalat selainya, maka ajarkanlah aku. Beliau bersabda:” jika kamu berdiri akan shalat maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bersamamu dari pada Al-Qur’an, kemudian rukuklah sehingga tenang sebagai orang yang rukuk beneran (thumakninah). Kemudian bangunlah dari rukuk sehingga tegak berdiri (I’tidal). Kemudian sujudlah sehingga tenang sebagai orang yang sujud beneran (thumakninah). Kemudian bangunlah dari sujud sehingga tenang sebagai orang yang duduk (thumakninah). Dan kerjakanlah demikian itu di seluruh shalatmu.” (HR. Bukhari dan muslim).
Penjelasan (Syarah Hadist)
            Hadist di atas menjelaskan bagaimana Nabi mengajarkan shalat kepada seorang sahabat yang belum bisa melakukan dengan benar. Begitu beliau masuk duduk di dalam masjid ada seorang laki-laki-dalam satu riwayat Khalat bin Rafi’bin kakek Ali bin Yahya sanad Hadist-masuk ke masjid melakukan shalat tahiyyatul-Masjid.
Metode pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada Hadist di atas dapat disebut metode drill, exsperimen, dan demonstrasi. Karena seorang laki-laki tersebut memperlihatkan bagaimana cara shalat yang benar dan berusaha melaksanakanya secara benar, sehingga diulang-ulang sampai tiga kali. Kemungkinan ia sudah pernah belajar dari orang lain tetapi belum memenuhi sasaran yang benar. Kemampuanya terbatas pelaksanaan shalatnya kurang benar kemudian diluruskan dan didemonstrasikan Nabi SAW begini cara shalat yang benar. Metode exsperimen di sini guru yakni Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut sebagai muridnya mengajarkan cara shalat yang benar sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. Ia dicoba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuanya, setelah tidak ada disebut inkuiri (inquiri) arti harfiahnya adalah pertanyaan pemeriksaan dan penyelidikan. Maksudnya rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan satu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009:196).   
Dalam pelaksanaan pendidikan agama banyak digunakan metode demonstrasi dan exsperimen, terutama dalam menerangkan atau menjelaskan tentang cara mengerjakan (kaifiiat) suatu ibadah misalnya : berwudhu, shalat, dan haji. Bahkan Rasulullah SAW mengajarkan shalat dengan cara demonstrasi, hal ini terganbar pada Hadist Rasulullah:
وَصَلُّو ا كَمَا رَ ٲَ يْتُمثو نِي أُ صَلّيِ
Artinya  :”Shalatlah kamu sebagaimana aku melaksanakan shalat. ”(HR.al-Bukhari).

Hadist ini perintah kepada kita untuk mendemonstrasikan shalat sebagaimana Nabi melaksanakanya tidak hanya mengetahui teorinya saja akan tetapi lebih pragmatis.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Hadis ini ialah, (a) bahwasanya ibadah itu dikerjakan berdasarkan ilmu, tanpa ilmu ibadah tidaklah sah, (b) Pengajaran ibadah seperti shalat dengan menggunakan metode riil, eksperimen dan demonstrasi lebih baik karena guru langsung melihat kesalahan dan kebenaran suatu ibadah yang dikerjakan oleh murid, (c) murid diberikan kesempatan untuk mengevaluasi diri, mengoreksi diri dan berusaha memperbaiki diri dalam melakukan pembelajaran shalat, (d) shalat tahiyyatul masjid didahulukan daripada memberi salam dengan sesamanya, karena hak Allah didahulukan dari pada hak manusia, (e) mengulang-ulang salam ketika bertemu disunnahkan sekalipun pemisahnya sebentar.
2.      Metode Asistensi

عن ربعي قال حدثنا رجل من بني عامر أنه استأذن على النبي صلى الله عليه وسلم وهو في بيت فقال ألج فقال النبي صلى الله عليه وسلم لخادمه اخرج إلى هذا فعلمه إلاستئذان فقال له قل السلام عليكم أأدخل فسمعه الرجل فقال اسلام عليكم أأدخل فأذن له النبي صلى الله عليه وسلم فدخل (أخر جه أبو داود).


Dari Rib’y bin Hirasy berkata: “ seseorang dari bani Amir menceritakan kepada kami bahwa ia minta izin untuk masuk ke rumah Nabi SAW, sedangkan beliau berada dalam rumah. Orang itu mengucapkan “bolehkah saya masuk?” kemudian Rasulullah SAW bersabda pada pelayannya:”keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata cara minta izin. Katakan kepadanya:” Ucapkanlah assalamu’alaikum bolehkah saya masuk?”Orang itu mendengar apa yang disabdakan Beliau, maka ia mengucapakan:”Assalamu’alaikum bolehkah saya masuk?” kemudian Nabi SAW memberi izin kepadanya dan ia pun masuk”.(HR. Abu Daud).

Penjelasan (Syarah Hdist)
            Hadist di atas menjelaskan adab masuk kerumah orang lain. Nabi tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah beliau sebelum mengucapkan salam dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat yang bernama Rib’i bin Hirasi memberitahukan bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Amir ingin bertemu dengan Rosululloh hanya minta izin atau permisi saja tidak memberi salam terlebih dahulu dengan ucapanya:”bolehkah saya masuk?”Nama seorang laki-laki Bani Amir di sini tidak disebutkan dalam ilmu hadist disebut isim mubham, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, karena ia bertemu dan beriman kepada rosulullah SAW. rosululloh SAW memgajarkan melalui pembantuanya atau asisten untuk memberi pengajaran bagaimana sebenarnya dalam islam etika masuk ke rumah orang lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya dan minta izin.




Metode penyampaian Hadist di atas dalam konteks pendidikkan adalah metode asistensi, artinya  pengajaran masuk kerumah orang lain diberikan oleh asisten Nabi yakni pembantunya tidak langsung oleh Nabi sendiri. Nabi mengajarkan kepada asistennya dan asisten mengajarkan kepada tamu yang ingin bertemu Rasulullah agar mengucapkan: “Assalamu’alaikum (dan permisi) bolehkah saya masuk?” setelah itu baru dizinkan masuk. Demikian kebijakan seorang guru yakni Rasulullah ketika melihat seorang sahabat       
Pendidikan yang dipetik dari hadist ini ialah, (a) adab masuk rumah orang lain mengucapkan salam dan minta izin, (b) mengajarkan adab masuk ke rumah orang lain bagi tamu yang belum paham tentang adab dalam Islam baik secara langsung maupun tidak langsung, (c) metode pengajaran asistensi sedangkan asisten mengajarkan muridnya dengan metode demonstrasi dan eksperimen.
3.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan salah satu cara penyampaian pelajaran kepada siswa dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa apabila ada petanyaan dari guru atau sebaliknya. Metode tanya jawab dapat pula diartikan sebagai format interaksi antara guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon lisan dari siswa sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan guru pada diri siswa.
Dalam koteks ini kita dapat merujuk pada hadist Rasulullah SAW yang artinya, Dari Umar bin-Khathab r.a berkata: pada suatu hari ketika kami ada disamping Rasul datanglah seorang laki-laki  yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang dan tidak ada yang mengenalnya diantara kami seorang pun, sehingga dia duduk mendekati nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada ke dua lutut Nabi dan meletakkan ke dua telapak tangannya keatas kedua pahanya. Lalu berkat: “hai Muhammad beritakan padaku tentang islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bawasanya Muhamad itu utusan Allah, dan kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan pergi haji ke baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “kamu benar”. Umar berkata: “kami heran, dia bertanya dan dia membenarkanya”. Lalu dia berkata lagi “beritakan padaku tentang iman”. Lalu Nabi bersabda: “kamu percaya pada Allah para malaikatnya, kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata:kamu benar”. Kemudian dia berkata lagi,beritakan padaku tentang ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “kamu menyembah Allah seakan akan kamu melihatnya, dan jika kamu tidak dapat melihatnaya maka sesungguhnya Allah melihat kamu”. Orang itu berkata lagi:beritakan padaku tentang hari kiamat”. Nabi bersabdatidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu dari pada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda diantara tanda-tandanya jika telah muncul budak yang melahirkan anak majikanya, dan kamu melihat orang yang berjalan (nyeker), telanjang, dan makin berlomba-lomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian Nabi bersabda kepadaku:”Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu ?” Saya menjawab hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Nabi bersabda:”Sesungguhnya dia adalah Malaikat jibril datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu”. (H.R Muslim).
Hadist diatas mengajarkan kepada para sahabat dan kita semua tentang rukun agama, yaitu ada tiga perkara: Iman, Islam dan Ihsan serta tanda-tanda dari kiamat. Pelajaran yng dapat dipetik dari terjemahan hadis diatas adalah, (a) Malaikat dapat berubah-ubah atau menjelma bentuk apa saja yang dikehendaki, (b) Adab seorang murid terhadap seorang alim yang tawadhu’ baik dalam sikap maupun ucapan, (c) Islam dan Iman berkumpul, Iman di artikan sebagai batin atau hati seperti yang disebutkan dalam rukun-rukunya.
4.      Metode Drama
Metode drama adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dengan cara memperagakan tentang suatu ilmu antara murid dengan guru sehingga murid dapat memahami pelajaran apa yang diberikan oleh guru terebut. Dengan begitu murid dapat mengetahui realita yang sebenarnya dan tidak hanya menggunakan angan-anganya saja.
5.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode dengan memberikan penjelasan tentang sebuah materi. Biasanya dilakukan di dengar beberapa orang peserta didik. Metode ini menggunakan bahasa lisan. Peserta didik biasanya duduk sambil menengarkan penjelasan materi yang di sampaikan pendidik. Metode ini sering digunakan Rasulullah SAW, terutama pada saat beliau berkhutbah sebelum melaksanakan salat jum’at. Metode ini pernah dilakukan oleh Rasulullah, ketika turun wahyu yang memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan :
حد ثنا قتيبة بن سعيد وزهير بن حرب, قال, حدثنا جرير, عن عبد المالك بن عمر, عن موسي بن طلحة,عن ابي هريرة قل, لما انزلت هذه الاية"وانذر عشيرتك الاقربين" (الشعراء [26]:125), دعا رسول الله صلي الله عليه وسلم قرسيشا, فاجتعوا, فعموخص. فقال," يابني كعب بن لؤي, انقذوا انفسكممنا لنار. يا بني مرة بن كعب, انقذوا انفسكم من النار. يا بني هاشم, انقذوا انفسكم من النار. يا بني عبدالمطلب, انقذوا انفسكم من النار. يا فا طمة, انقذي انفسك من النار, فاني لا املك لكم من الله شيئا.غير ان لكم رحما سا بلها ببلا لها."(رواه مسلم(
Artinya: Menceritakan kepada kami Qutaibat ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhat, dari Abu Hurairat, ia berkata,“Tatkala diturunkan ayat ini: Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat (Q.S.Al-Syu’ara:214), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah mereka berkumpul,Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai bani Murrat ibnn Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syam, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syam, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdul Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Fatimat, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh.”(H.R. Muslim).
Daya tarik ceramah bisa berbeda-beda tergantung kepada siapa pembicaranya, bagaimana pribadi si pembaca,dan bagaimana bobot pembicaraannya. Semua ini akan menjadi catatan yang mendasari daya tarik ceramah yang di sampaikan. Ini mengingatkan atau memberi petunjuk, bahwa jika seorang guru akan mempergunakan metode ceramah, dan ceramahnya ingin diperhatikan orang maka ceramahnya itu harus mempunyai kualitas-kualitas sebagaimana di sebutkan di atas. Di samping itu pemceramah harus memperhatikan penampilan (performance), seperti cara berpakaian, memakai kopyah, mimik muka, semuanya harus di perhatikan.
6.      Metode Diskusi
Diskusi adalah tukar pikiran antara dua orang atau lebih untuk menyelesaikan suatu persoalan. Metode ini sering di gunakan Rasulullah SAW bersama para sahabat terutama mencari kata sepakat.  Al-Mubarakfury menyebutkan, sebagai dikutip Nawwal al-Thuwairaqi, bahwa pada perang badar kaum muslimin berhasil menawan 70 orang, yang di ikat dengan tali. Rasulullah SAW membagikan  mereka sebagai tawanan kepada para sahabat dan beliau tetap berwasiat untuk berlaku baik kepada mereka. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya  mengenai tindakan apa yang harus di perlakukan terhadap para tawanan. Abu bakar al-shiddiq mengusulkan, mereka di beri kesempatan untuk menebus dirinya, untuk menjadi sumber kekuatan bagi islam. Umar berpendapat agar mereka di bunuh, Rasulullah SAW menerima pendapat Abu Bakar al-Shiddiq.
Dari riwayat di atas Rasulullah SAW adalah orang yang suka berdiskusi, meskipun pada dasarnya beliau memiliki wewenang untuk membuat keputusan sendiri. Tetapi, sebagai bentuk rasa keguruan yang terdapat padanya, beliau tidak merasa bosan bahkan sering mengadakan diskusi dengan para sahabat, apa bila ada persoalan bersama.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Secara umum, metode pembelajaran tidak bertentangan dengan metode pendidikan Islam, kecuali dalam beberapa hal yang menyangkut aplikasinya. Misalnya, metode diskusi dalam sistem pendidikan modern cenderung liberal sehingga segala hal terkesan sah-sah saja untuk didiskusikan. Disamping itu prosesi diskusi akan terasa hambar jika tidak dilakukan dengan perang konsep atau adu argumentasi yang frontal sehingga suasana menjadi hangat. Semua metode mempunyai keunggulan tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Untuk itu keberhasilan dalam proses belajar mengajar juga tak luput dari ketepatan dalam memilih metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada

B.   Saran
        Demikian makalah yang kami buat. semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dalam pemahaman dan pengetahuan kita tentang metode-metode pendidikan yang Nabi ajarkan pada kita(melalui hadis). Namun sebagai manusia yang biasa yang masih jauh dari kesempurnaan, kami sada masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya.








DAFTAR PUSTAKA



Zuhairini.et al.metodik khusus pendidikan Agama. Malang : Biro Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981, cet. Ke-7.

No comments:

cari judul makalah