BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Literatur manajemen produksi dan operasi
hanya memberikan sedikit perhatiannya terhadap manajemen tenaga kerja dalm
operasi-operasi. Pusat bahas masih terletak pada model-model kuantitatif dan
aspek-aspek teknik operasi. Pada saat yang sama para ahli psikologi dan
teoritisi-
teoritisi organisasional telah melakukan berbagai riset ini sekarang telah membuka cakrawala baru dlam manajement produksi dan operasi. Ada kebutuhan yang mendesak untuk lebih menerapkan riset-riset keperilakuan dalam fungsi operasi-operasi organisasi, tentu saja tanpa meninggalkan aspek-aspek teknik dan pemanfaatan berbagai peralatan kuantitatif yang sangat membantu tugas-tugas manajer dalam perancangan dan pengelolaan tenaga kerja.
teoritisi organisasional telah melakukan berbagai riset ini sekarang telah membuka cakrawala baru dlam manajement produksi dan operasi. Ada kebutuhan yang mendesak untuk lebih menerapkan riset-riset keperilakuan dalam fungsi operasi-operasi organisasi, tentu saja tanpa meninggalkan aspek-aspek teknik dan pemanfaatan berbagai peralatan kuantitatif yang sangat membantu tugas-tugas manajer dalam perancangan dan pengelolaan tenaga kerja.
Untuk mengembangakan suatu perspektif yang
luas mengenai perancangan dan pengembangan tenaga kerja dalam operasi-operasi
organisasi. Pembahasan akan di mulai dengan didesain pekerjaan (job design) dan
masalah-masalah alokasi kerja atau masalah penugasan (assigment problems). Maka
semua akan di bahas secara menyeluruh dalam makalah ini dengan judul penyusunan
rencana pengembangan sumber daya manusia (sdm) tenaga kerja.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa Pengertian Rencana
Pengembangan Sumber Daya Manusia ?
2. Bagaimana Perencanaan Desain
Pekerja ?
3.
Bagiamana Pengembangan Sumber Daya Manusia ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian
Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana
Perencanaan Desain Pekerja.
3. Untuk Mengetahui Pengembangan
Sumber Daya Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pegawai atau karyawan merupakan sumber daya
yang dimiliki organisasi, dan harus dipekerjakan lsecara efektif, efesien, dan
manusiawi. Agar kondisi tersebut dapat tercipta, maka organisasi perlu membuat perencanaan SDM sebaik-baiknya
sehingga dapat memenuhi kebutuhan SDM organisasi, baik jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang. Dengan demikian,
organisasi tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi SDM yang dibutuhkan.
Perencanaan SDM merupakan kegiatan penentuabn
jumlah dan ‘jenis SDM yang diperlukan oleh suatu organisasi untuk masa yang
akan datang (Irawan, 2000). Oleh karena itu perencanaan SDM adalah serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan ltenaga kerja di masa datang
pada suatu organisasi, meliputi penyediaan tenaga kerja baru dan penyalahgunaan
yang sudah tersedia. Atau dengan kata lain menentukan gerakan SDM yang ada dari
lposisi saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa datang.[1]
Perencenaan SDM dapat juga diartikan sebagai
suatu proses untuk menetapkan strategi memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan
dan mempertahankan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan perusahan sekarang dan
pengembangan di masa mendatang. Secara singkat perencanaan SDM merupakan proses
analisis dan identifikasi kebutuhan untuk dan ketersediaan SDM dalam
organisasi.
Berdasarkan dari beberapa pengertian
tersebut, sedikitnya terdapat 4 kegiatan terpadu yang membentuk perencanaan
SDM:
1. Kegiatan penyediaan SDM (dengan
rekruitmen, seleksi dan penempatan).
2. Kegiatan memperkirakan supply dan
demand SDM (Mutasi, promosi, pensiun, mengundurkan diri, PHK)
3. Kegiatan meningkatkan mutu SDM
(dengan siklat, training, pengembangan)
4. Kegiatan evalusi kondisi SDM
(dengan penilaian prestasi kerja)
Dalam hal ini, beberapa hal penting yang
perlu dipahami oleh perencana SDM di sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
makna dan cakupan MSDM, metode perencanaan, analisis jabatan, perhitungan beban
kerja, perhitungan angkatan kerja
B. Perencanaan
Desain Pekerja
Barang kali kegiatan didesain yang paling
menantang (dan membingungkan) bagi manajer operasi adalah pengembangan dan
pengaturan pekerja-pekerja yang harus dilaksanakan setiap karyawan dan kelompok
karyawan. Ini diakibatkan paling tidak tiga alasan berikut:
1. Pada hakekatnya sering terjadi
konflik antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan pekerja dan kelompok
pekerja dengan kebutuhan-kebutuhan (berbagai persyaratan) proses transformasi.
2. Sifat unik setiap individu
mengakibatkan munculnya bermacam-macam tanggapan dalam wujud sikap, kegiatan
phisik dan produktivitas dalam pelaksanaan tugas tertentu.
3. Perubahan karakter atau sifat
tenaga kerja 0dan pekrjaan jitu sendiri yang membuat model-modek tradisional
perilaku pekerja yang ketepatan pendekatan-pendekatan pengembangan kerja
standart harus selalu dipertanyakan.[2]
Didesain pekerjaan dapat didefinisikan
sebagai fungsi penerapan kegiatan-kegiatan kerja sesorangf individu atau
kelompok secara orgasional. Tujuannya adalah untuk mengetur penugasan-penugasan
kerja yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
organisasi dan teknologi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadi dan
individual para pemegang jabatan. Pengertian istilah pekerjaan dan
bagian-bagian kegiatan lainnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Gerak-micro (micro-mention) :
kegiatan-kegiatan kerja, terkecil, mencakup gerakan-gerakan elementer seperti
meraih, menggengam, atau meletakkan suatu objek.
2. Elemen : suatu agregasi dua atau
lebih gerakan microbiasanya dianggap lebih kurang sebagai kesatuan gerak yang
lengkap, seperti mengambil, mengakut, dan mengatur barang.
3. Tugas (task) : suatu agregasi dua
atau lebih elemen menjadi kegiatan yang lengkap, seperti menyapu lantai,
memotong pohon, atau memasang kabel telephon.
4. Pekerjaan (job) : serangkaian
tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pekerja tertentu. Suatu
pekerja dapat terdiri dari beberapa tugas, seperti pengetikan, pengarsipan, dan
pembuatan konsep suarat, dalam pekerjaan sekretariat, atau hanya terdiri atas
tugas tunggal seperti pemasangan roda mobil, dalam perakitan mobil.
Disain pekerjaan adalah suatu
fungsi kompleks karena hal ini memerlukan pemahaman baik terhadap
variabel-variabel teknikal maupun variabel-variabel sosial. Bila
variabel-variabel tersebut diabaikan maka disain pekerjaan akan menyebabkan
kegiatan-kegiatan dilakukan secara tidak efektif dan efisien. Disamping itu,
disain pekkerjaan harus menetapkan bebrbagai faktor yang mempengaruhi struktur
pekerjaan akhir. Keputusan-keputusan harus dibuat yang bersangkutan dengan
tugas-tugas apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukan, dimana, kapan,
mengapa dan bagaimana tugas-tugas dilakukan. Dan, seperti kita lihat dalam
gambar 7 – 1, sebahan. Disain pekrjaan menetapkan secara lengkap isi pekerjaan
dan tanggung jawab pekerja dara pekerja.[3]
Gambar 7-1. Faktor-faktor dalam
disain pekerjaan.
a. Perluasan
Pekerjaan
Kadang-kadang berbagai pekerjaan dapat
dibuat lebih menarik dengan
memperluasnya. Perluasan pekerjaan (job
enlargment) berarti pekerjaan-pekerjaan diperluas secara horizontal, melalui
penambahan lebih banyak tugas kepada karyawan un tuk meningkatkan variasi
pekerjaan dan mengurangi sifat yang
membisankan (monoton) pada pekerjaan, tetapi bukan berarti meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang
telah diperluas. Dalam kasus job enlargemen, masalahnya adalah menghentikan
spesialisasi yang berlebihan, dengan kemungkinan kehilangan sedikit efesiensi,
untuk mengurangi kebosanan dan sifat monoton, yang akan membuat para karyawan
lebih terpuaskan dan termotivasi secara efektif. Berbagai cara untuk memperluas
pekerjaan adalah dengan menggunakan “modul-modul pekerjaan”, sistem rotasi di
antara para karyawan, atau dengan hanya memberikan lebih banyak tugas untuk
dilaksanakan kepada para karyawan.[4]
Job enricment, di lain pihak, adalah
perluasan pekerjaan dan tanggung jawab secara vertikal, dan merupakan suatu
perubahan yang direncanakan pada kegiatan-kegiatan pekerjaan untuk memberikan
variasi yang lebih besar kepada seseorang yang memerlukan pengetahuan dan
ketrampilan lebih. Perluasan secara vertikal diterapkan untuk dapat memberikan
kepada karyawan kepuasan lebih besar dan kesempatan bagi perkembangan pribadi.
Para karyawan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan pekerjaan mereka di samping pelaksanaannya.
b.
Sasaran-sasaran Disain pekerjaan
Seperti halnya teknisi produk merancang
produk-produk, para teknisi industrial dan penyedia merancang
pekerjaan-pekerjaan. Mereka mempelajari kebutuhan-kebutuhan operasi dan
kemampuan orang-orang dan mesin-mesin serta mengembangkan pekerjaan-pekerjaan
untuk mencapai keseimbangan terbaik yang mungkin agar dapat “memuaskan” semua
faktor-faktor yang relevan.
Sasaran-sasaran pokok disain pekerjaan
biasanya adalah untuk menghemat tenaga manusia, menentukan campuran atau
kombinasi antara karyawan dan mesin yang paling ekonomik, dan merancang
pekerjaan sehingga dapat diperoleh jumlah kepuasan yang memadai. Selanjutnya,
dalam usaha untuk memperbaiki pekerjaan-pekerjaan dan membuatnya lebih mudah
bagi para karyawan, analis mencoba untuk melakukan tiga hal :
1. Menghapuskan gerakan-gerakan
sebanyak mungkin
2. Mengurangi gerakan-gerakan yang
tidak dapat dihilangkan
3. Membuat gerakan-gerakan yang
diperlukan berkurang efek kelelahnya\
Tetapi
perancang ppekerjaan hendaknya tidak memusatkan diri seluruhya pada gerakan-gerakan
manusia dan mengabaikan kemungkinan-kemungkinan perbaikan lainnya. Suatu
gerakan manusia sering tidak dapat disederhanakan kecuali bila tempat
kejayaannya di atur kembali, atau orang tersebut diberi berbagai peralatan
khusus atau mesin diubah atau bahkan produknya sendiri. Sekali lagi, studi
pekerjaan untuk meningkatkan produktivitas tidak hanya meneliti gerakan-gerakan
manusia, tetapi juga metide-metode perbaikan lainnya, seperti pada gambar 7-2.
Metoda-metoda untuk perbaikan
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kita telah membahas masalah-masalah disain
pekerjaan secara keseluruhan atau “makro”. Bagaimanapun juga, untuk merancang
pekerjaan-pekerjaan baru atau merancang kembali pekerjaan-pekerjaan baru atau
merancang kembali pekerjaan-pekerjaan lama tetentu, analisis harus menurunkan
ke tingkat “mikro”. Mereka harus mempelajari bagian-bagian “minor” suatu
pekerjaan. Untuk melakukan hal ini, beberapa “peralatan” telah tersedia, yaitu:[5]
1.
Bagan-bagan proses
2.
Pedoman-pedoman studi gerak
3.
Studi gerak mikro
4.
Analisis Therblig
5.
Kelompok-kelompok satuan-tugas
(task-force)
Peralatan-peralatan
ini dapat digunakan secara terpisah atau bersama-sama.
c. Pengukuran Kerja
Operasi setiap peusahaan disebut
efesien atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu
produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Pernyataan khusus tentang
jumlah waktu yang harus digunakan untuk melakasanakan kegiatan tertentu dibawah
kondisi kerja normal ini sering disebut standart tenaga kerja (labor standart).
Standart-standart yang telah ditentukan dan “reasonable” mempunyai sebagai
kegunaan, termasuk pemuasan kebutuhan karyawan, penyediaan ukuran prestasi bagi
organisasi, dan mempermudah operasi-operasi organisasi (misal, dalam scheduling
produksi). Tanpa adanya pertunjuk waktu standart, akan mengakibatkan :[6]
1.
Biaya-biaya tidak dapat
diperkirakan, dan oleh karena itu, harga-harga tidak dapat ditetapkan.
2.
Anggaran-anggaran tidak dapat
dibuat.
3.
Evaluasi prestasi atau pelaksanaan
suatu kegiatan tidak akan mungkin dilakukan karena tidak akan ada basis
pembandingannya.
4.
Rencana-rencana insentif dan
program balas jasa menjadi tidak dapat diperkirakan.
Ada
lima metode penentuan waktu kegiatan yang dapat di gunakan sebagai dasar
penetapan standart-standart :
1.
Pendekatan historikal
2.
Studi waktu (time study)
3.
Data standar (standard data)
4.
Data waktu standart yang
ditetapkan sebelumnya (predetermined time-standard data).
5. Pengambilan sampel kerja (work sampling)
Masing-masing metode ini mempunyai
berbagai kelebihan dibanding lain dan mempunyai bidang-bidang aplikasi
tersendiri. Ltabel 7-9 menunjukan nhubungan metoda-metoda tersebut dengan
tipe-tipe pekerjaan. Dalam hal ini penggunanaan pendekatan pertama (historikal)
untuk mengestimasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang pada umumnya
merupakan praktek yang jelek karena hanya berdasarkan data-data historik yang
sering subyektif, tidak konsisten, dan tidak
memperhatikan “rating factors”
dan penundaan-penundaan (mudah bias). Atas dasar alasan ini, perusahaan
sebaiknya menggunakana metode-metode pengukuran yang lebih formal, dan
berdasarkan data-data yang lebih terorganisasi. Berikut ini akan di bahas empat
metode pengukuran kerja secara formal.
Pengukuran kerja dapat digunakan
untuk berbagai maksud yang berbeda. Oleh karena itu, teknik-treknik dan standar-standar
yang digunakan hendaknya sesuai dengan maksud pengukuran kerja. Ini merupakan
tanggung jawab para manajer operasi untuk merumuskan tujuan dan menetapkan
penggunaan teknik-teknik pengukuran kerja yang tepat.[7]
Secara lebih terperinci
teknik-teknik kpengukuran kerja dapat digunakan, untuk maksud-maksud sebgai
pberikut:
1. Mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Ini
dilakukan melalui pembandingan keluarga nyata selam periode waktu tertentu
dengan keluaran standar yang dikeluarkan dari pengukuran kerja.
2.
Merencanakan kebutuhan tenaga
kerja. Untuk setiap tingkat keluaran tertentu di waktu yang akan datang,
pengukuran kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak masukan tenaga
kerja diperlukan.
3.
Menetukan tingkat kapasitas. Untuk
suatu tingkatan tertentu tenaga kerja dan peralatan yang tersedia,
standar-standar pengukuran kerja dapat dapat di gunakan untuk menetukan
ltingkat kapasitas yang harus tersedia.
4.
Menentukan tingkat harga atau
biaya suatu produk. Berbagai standar tenaga kerja, yang dihadapkan melalui
pengukuran kerja, adalah salah satu unsur sistem penentuan harga dan biaya.
Dalam banyak organisasi, keberhasilan penetapan harga produk adalah krusial
bagi berlangsung bisnisnya. Kegiatan ini sangat tergantung pada pengukuran
kerja bila biaya merupakan basis untuk penetapan harga.
5.
Memperbandingkan metode-metode
kerja. Bila berbagai metoda yang berbada untuk suatu pekerjaan sedang
dipertimbangkan, pengukuran kerja apat memberikan dasar pembandingan ekonomikn metoda-metoda. Ini merupakan esensi
manajemen ilmiah- menemukan metode terbaik atas adasar studi waktu dan gerak
yang diteliti.
6.
Memudahkan scheduling
operasi-operasi. Salah satu masukan data untuk semua sistem scheduling adalah
estimasi waktu kegiatan-kegiatan kerja. Estimasi-estimasi ini diperoleh dari
pengukuran kerja.
7. Menetapkan upah insetif. Dengan upah
intensif, para karyawan menerima pembayaran lebih untuk keluaran yang lebih
besar. Standar waktu melatar belakangi rencana-rencana insentif ini dengan
menentukan keluaran 100 persen.
Karena ada banyak penggunaan
pengukuran kerja yang berbeda, manajemen harus memutuskan mana yang akan
dipilih. Bila pengukuran kerja digunakan untuk insentif, sebagai contoh, salah
satu metode yang lebih akurat, seperti studi waktu dengan stopwatch, harus digunakan
dan standar-standar harus selalu diperbaruhi. Bila pengukuran kerja digunakan
untuk estimasi kapasitas atau perencanaan kebutuhan tenaga kerja, estimasi
waktu setiap individu tidak perlu terlalu akurat dan metode-metode pengukuran
kerja lainnya dapat digunakan.[8]
C.
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Pengembangan adalah proses persiapan individu individu untuk memikul tangggung
jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi,biasanya berkaitan
dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan (development) mengarah
pada kesempatan kesempatan belajar (learning opportunities) yang didesain guna
membantu pengembangan para pekerja.Pengembangan mempunyai ruang lingkup yang lebih
luas dibandingkan dengan pelatihan.
Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang diprogram untuk meningkatkan keahlian
keahlian,pengetahuan,pengalaman,atau pembahasan sikap seorang individu. Di
dalam pelatihan ini juga merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana karyawan
dapat memperoleh dan mempelajari sikap,kemampuan,keahlian,pengetahuan dan
prilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan atau performansi kerja.
Pelatihan dan Pengembangan adalah istilah istilah yang kadang kadang
digunakan secara bergantian. Secara tradisional,pengembangan dilihat sebagai
kegiatan yang biasanya diasosiasikan dengan para manajer yang mempunyai
pandangan tentang masa depan. Sebaliknya,pelatihan mengandung perhatian yang
lebih segera dan diasosiasikan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
karyawan non manajerial dalam pekerjaan mereka saat ini.
Pembedaan demikian bisa dianggap terlalu menyederhanakan masalah didalam
era yang ditandai dengan pengembangan HRM,karena pengembangan karyawan secara
keseluruhan dianggap krusial. Pengembangan ini dicerminkan dalam komitmen
terhadap multiskilling dan mode operasi (cara kerja yang fleksibel).Telah
muncul pemahaman bahwa sumber daya manusia itu berharga dan harus dikembangkan
jika organisasi ingin tetap mempekerjakan dan tetap mengharapkan komitmen
mereka saat bekerja.Harus diingat bahwa para manajer sekalipun perlu senantiasa
dilatih karena mereka juga membutuhkan keterampilan atau kemampuan
operasional,terlepas dari kualitasnya (misalnya kreativitas,sintesis,kemampuan
abstraksi,pengembangan pribadi,yang diasosiasikan dengan pengembangan
manajemen.
Dari uarian tersebut adalah masuk akal bila pelatihan dan pengembangan
dianggap interaktif (timbal balik),saling melengkapi.Dengan demikian adalah
langkah yang masuk akal bagi organisasi untuk menghasilkan pengembangan sumber
daya manusia (misalnya pelatihan dan pengembangan) yang akan dimasukkan dalam
rencana pemberdayaan karyawan (misalnya seleksi) dan rencana strategis
organisasi secara keseluruhan sehingga pelatihan dan pengembangan karyawan
bukanlah merupakan sebuah pilihan,melainkan bagian intrinsik dari praktek HRM
dan investasi pada manusia.[9]
1. Teknik teknik
pelatihan dan pengembangan :
Pegawai yang mempunyai kualifikasi tertentu dapat disediakan melalui dua
cara di dalam organisasi, pertama,organisasi dapat
menyeleksi orang orang terbaik yang tersedia,kedua,orang orang
yang ada di dalam perusahaan dapat dilatih dan dikembangkan untuk menghasilkan
potensi penuh mereka. Sesungguhnya,kedua pendekatan ini merupakan bagian dari
proses yang sama karena begitu seorang individu diseleksi dia haruslah
menjalani beberapa pelatihan,terlepas dari apapun kualifikasinya.Oleh karena
itu,pelatihan dan pengembangan karyawan haruslah dikembangkan.
Program program pelatihan dan pengembangan terfokus pada tiga bidang :
1. Sosialisasi (orientasi)
2. Pelatihan
3. Pengembangan
Program program dalam bidang bidang ini memenuhi kebutuhan kebutuhan
yang berbeda,tetapi format format yang digunakan adalah serupa.
2.
Sosialisasi,pelatihan dan
pengembangan
Sosialisasi,pelatihan dan pengembangan pegawai merupakan usaha
organisasi yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekarang dan yang
akan datang dengan meningkatkan kemampuan. Secara khusus “sosialisasi” mengacu
pada mengajarkan kebudayaan perusahaan dan filsafat mengenai bagaimana
melakukan usaha, “melatih” mengacu kepada meningkatkan keterampilan yang
dibutuhkan saat ini atau yang segera muncul, dan “pengembangan” mengacu pada
peningkatan keterampilan dalam jangka panjang. Di dalam praktek,tentu
saja,perbedaan perbedaan yang sangat jelas ini menjadi sangat kabur,karena
ketiga jenis kegiatan merupakan komponen komponen dari sistem yang
diintegrasi (secara ideal). Sistem ini disebut sebagai sistem
pelatihan,meskipun meliputi ketiga komponen tersebut.
Perlunya sosialisasi (pergaulan),pelatihan dan pengembangan dapat timbul
karena banyak alasan. Setelah dimasukan kedalam pekerjaan baru atau organisasi
baru,semua pegawai mula mula perlu “mempelajari segalanya” yaitu,melalui
sosialisasi,mereka harus belajar bagaimana segalanya dilakukan di dalam
lingkungan yang baru termasuk hal hal yang tidak dapat mereka temukan tertulis
di dalam pedoman kebijaksanaan dan prosedur. Selain itu pegawai baru mungkin
tidak memiliki keterampilan yang cukup;perubahan teknologi menimbulkan
kebutuhan akan keterampilan kerja yang baru;rancang ulang pekerjaan menuntut
para pegawai untuk mempelajari lebih banyak keterampilan; para pegawai yang
ditranfer atau dipromosikan mungkin menuntut keterampilan dan pengetahuan
baru;produk baru menuntut teknologi yang sebelumnya tidak digunakan para
pegawai; atau perubahan strategi perusahaan dapat berarti bahwa manajemen
senior perlu menggunakan perilaku kepemimpinan yang baru dan memperoleh
pengetahuan bisnis baru.
Dalam beberapa kasus ini,perlu sosialisasi,pepelatihan dan pengembangan
dengan segera;di lain pihak,kebutuhan dikemudian hari dapat diantisipasi dan
direncanakan. Contoh :
Secara khusus tahap tahap sosialisasi meliputi jam jam kerja yang lama
dalam suatu lingkungan kerja penuh tekanan.Sepanjang tahap ini,pegawai pegawai
yang baru mempelajri nilai nilai perusahaan yang sangat penting dan kisah kisah
organisasi,termasuk pentingnya suatu produk dan kisah kisah mengenai dedikasi
dan komitmen para pegawai lama yang telah pensiun. Sosialisasi yang intensif
ini meningkatkan komitmen pada keberhasilan perusahaan,keinginan bekerja untuk
jam jam yang lama,mengurangi absensi dan peralihan.[10]
Setelah sosialisasi awal ini,dilanjutkan dengan pelatihan dan
pengembangan. Suatu tujuan utama dari pepelatihan adalah menghilangkan
kekurangan,baik yang ada sekarang maupun yang akan datang (diantisipasi),yang
menyebabkan pegawai bekerja dibawah tingkat yang diinginkan. Pepelatihan untuk
meningkatkan performansi sangat penting bagi organisasi organisasi dengan
tingkat produktivitas yang tetap atau menurun.Ini juga penting bagi organisasi
yang dengan cepat menggunakan teknologi baru dan akibatnya meningkatkan
kecenderungan kekurangan pegawai. Dengan fokus jangka panjang mereka,kegiatan
pengembangan mempersiapkan para pegawai untuk kemajuan karir dikemudian
hari,bahkan bila hal tersebut belum diindetifikasi. Kegiatan pengembangan juga
menjamin bahwa para pegawai memenuhi syarat untuk posisi yang mereka cita
citakan.
Baik pelatihan maupun pengembangan dapat terjadi dalam dua situasi :
1.
Pada saat pekerjaan mensyaratkan individu untuk memiliki keahlian
keahlian,pengetahuan,atau sikap yang berbeda dari atau disamping,yang saat ini
dimilikinya
2.
Ketika kemajuan di dalam organisasi mensyaratkan individu untuk memiliki
keahlian,pengetahuan,atau sikap yang berbeda atau yang baru.
Pengembangan manajemen :
Adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi
mempunyai kemampuan/kekuatan manajerial yang dibutuhkan untuk menghadapi saat
ini dan yang akan datang dengan penuh keyakinan sehingga perlu upaya apa saja
untuk memperbaiki kinerja manajemen dengan menanamkan pengetahuan,mengubah
sikap,atau meningkatkan keterampilan. Dengan demikian upaya ini mencakup
program in-house seperti kursus,latihan dan penugasan yang bersifat
rotasi;program program profesional.
Sasaran paling utama dari program pengembangan tersebut,tentu saja,untuk
menaikkan kinerja masa depan dari organisasi itu sendiri.Karena alasan
ini,proses pengembangan manajemen umum terdiri dari :
1.
Menilai kebutuhan-kebutuhan perusahaan (misalnya,untuk mengisi lowongan
eksekutif di masa depan,atau membuat agar perusahaan lebih tanggap)
2.
Menghargai kinerja manajer,dan selanjutnya
3.
Mengembangkan diri manajer sendiri.
Pengembangan manajemen itu penting karena beberapa alasan. Untuk satu
hal,promosi dari dalam merupakan satu sumber utama dari bakat manajemen.
Pengembangan manajemen memudahkan kesinambungan organisasi dengan mempersiapkan
karyawan dan manajer dewasa ini untuk secara mulus mengambil posisi tingkat
lebih tinggi.
Adapun tujuan dari pengembangan manajemen adalah sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi para manajer yang kuat dan memastikan bahwa mereka
mendapatkan pengalaman,pelatihan dan pengembangan yang tepat.
2.
Menentukan tujuan-tujuan bagi peningkatan kinerja yang bisa dikenai
pengukuran,yang secara jelas mengkhususkan pada tanggung jawab.
3.
Menciptakan suatu iklim yang memikirkan secara serius pelaksanaanrencana
suksesi manajemen sehingga tetap berada dalam tinjauan secara teratur.
3.
Manajemen Karir
Kegiatan ini bersifat melengkapi pengembangan manajemen dan berhubungan
dengan perencanaan dan pembentukan jalan yang diambil para karyawan di dalam
meniti karir di dalam organisasi.Asusmsi yang menggarisbawahi manajemen karir
adalah bahwa dalam konteks suksesi manajemen,organisasi perlu siap memberikan
orang orang yang mampu dengan pelatihan,tuntutan dan dorongan agar mereka bisa
mengisi potensi mereka. Pandangan lainnya adalah bahwa untuk mempromosikan
orang orang yang kompeten yang telah membuktikan kualitas dirinya pada
pekerjaannya yang sekarang ke posisi posisi yang lebih tinggi bila ada
kesempatan.[11]
4.
Perencanaan dan Pengembangan
karir
Manajemen memiliki satu kewajiban untuk memanfaatkan kemampuan kemampuan
karyawan secara penuh dan memberikan semua karyawan satu kesempatan untuk
bertumbuh dan merealisasikan potensi mereka secara penuh serta mengembangkan
karir yang berhasil. Satu cara perwujudan kecenderungan ini tampak dalam
meningkatnya tekanan yang diberikan oleh banyak perusahaan.
Perencanaan tenaga kerja dapat digunakan tidak hanya untuk meramal
jabatan yang kosong melainkan juga mengidentifikasi calon calon internal yang
potensial dan pelatihan yang akan mereka perlukan untuk mengisi jabatan jabatan
ini. Sama halnya,suatu organisasi dapat menggunakan penilaian penilaian berkala
para karyawannya tidak hanya untuk keputusan gaji melainkan juga
mengidentifikasi kebutuhan pengembangan dari karyawan individual dan memastikan
bahwa kebutuhan kebutuhan ini tercapai,sehingga organisasi mendapatkan kinerja
yang diperbaiki dari angkatan kerja yang lebih bertanggung jawab serta karyawan
mendapatkan suatu karir yang lebih kaya dan lebih menantang.
Untuk memperjelas tulisan diatas maka dapat diilustrasikan pada tabel
dibawah ini : Misalnya,fokus tradisional dari penilaian kinerja terletak pada
penilaian untuk promosi,disiplin, dan imbalan; Penggunaan penilaian untuk
memberikan fokus pengembangan karir berarti melibatkan rencana pengembangan dan
penetapan tujuan individual. Sama halnya,perencanaan SDM secara tradisional
berfokus pada analisis jabatan dan pemuasan kebutuhan penstafan organisasi;
menambah satu fokus pengembangan berarti memasukkan informasi tentang minat dan
pilihan karir individual juga pilihan jalur karir.
Kegiatan
|
Fokus Tradisional
|
Fokus pengembangan karir
|
Pengembangan sumber daya
manusia.
Pelatihan dan pengembangan.
Penilaian Kinerja.
Perekrutan dan penempatan.
Kompensasi dan tunjangan
lain
|
Menganalisis jabatan ,
keterampilan, tugas sekarang dan dimasa yang akan datang.
Memproyeksikan kebutuhan
Menggunakan data statistik
Memberikan peluang
keterampilan, informasi,dan sikap berhubungan dengan jabatan
Menilai dan/atau memberi
imbalan
Mencocokan kebutuhan
organisasi dengan individu yang memenuhi syarat.
Mengimbali waktu,
produktivitas , bakat,dan lain lain
|
Menambah informasi tentang
minat,pilihan,dan semacamnya dari individu terhadap data
Memberikan informasi jalur
karir
Menambah orientasi
pertambahan individual.
Menambah rencana
pengembangan dan penetapan tujuan individual.
Mencocokan individu dan
jabatan berdasarkan sejumlah variabel termasuk minat karir karyawan.
Menambah kegiatan yang tidak
berhubungan dengan jabatan untuk diimbali.
|
Sebelum berbicara lebih lanjut,adalah bermanfaat untuk mendefinisikan
beberapa istilah yang akan digunakan :
Karir : adalah serangkaian
posisi yang berhubungan dengan kerja,entah dibayar atautidak,yang membantu
seseorang bertumbuh dalam keterampilan,keberhasilan,dan pemenuhan kerja.
Pengembangan karir : adalah seri kegiatan
sepanjang hidup yang menyumbang kepada penjelajahan,penetapan,keberhasilan,dan
pemenuhan.
Perencanaan Karir : adalah proses
pertimbangan mendalam yang melaluinya,seseorang menjadi sadar akan
keterampilan,minat,pengetahuan,motivasi,dan karakteristik personil
lainnya;menuntut informasi tentang peluang dan pilihan;mengidentifikasi tujuan
tujuan yang berhubungan dengan karir;dan memantapkan rencana tinadakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
5.
Peran dalam pengembangan karir
Individu,manajer,dan organisasi semuanya memiliki peran dalam
pengembangan karir individu. Akhirnya individulah yang harus memikul tanggung
jawab untuk karirnya sendiri; menghargai minat keterampilan dan niali;mencari
informasi dan sumber karir;dan secara umum mengambil langkah langkah yang harus
ditempuh untuk memastikan sebuah [12]karir
yang membahagiakan dan memenuhi harapan,adapun peran dimaksud sbb:
Individual
|
Manajer
|
Organisasi
|
Terimalah tanggung jawab untuk karir anda
sendiri
Taksirlah minat, keterampilan , dan nilai
anda.
Carilah informasi dan rencana karir
Bangunlah tujuan dan rencana karir
Manfaatkanlah peluang pengembangan.
Berbicaralah dengan manajer anda tentang
karir anda
Ikutilah seluruh rencana karir yang
realistik.
|
Berikan umpan balik kinerja yang tepat
waktu.
Berikan dukungan dan penilaian
pengembangan.
Berpartisipasilah dalam diskusi
pengembangan karir
Dukunglah rencana pengembangan karyawan
|
Komunikasikan misi,kebijakan,dan prosedur
Berikan peluang pelatihan dan pengembangan
Berikan informasi karir dan program karir
Tawarkan satu keanekaaragaman pilihan
karir
|
6.
Faktor faktor yang
mempengaruhi pilihan karir
Langkah pertama dalam merencanakan suatu karir untuk diri anda sendiri
atau orang lain adalah belajar sebanyak mungkin tentang minat,kecerdasan,dan
keterampilan orang itu.
7.
Mengidentifikasi langkah karir
seseorang
Karir masing masing orang berjalan melalui tahap tahap,dan tahap
yang akan anda masuki mempengaruhi pengetahuan anda tentang dan pilihan
untuk berbagai kedudukan. Tahap tahap utama dari siklus karir (
tahap tahap pengembangan karir seseorang ) ini adalah sebagai berikut :[13]
a. Tahap pertumbuhan
Tahap pertumbuhan berlangsung kira kira sejak lahir sampai usia 14
tahun;dalam tahap ini orang mengembangkan pemahaman diri melalui
identifikasi dan interaksi dengan orang lain seperti keluarga,teman, dan
guru.
b. Tahap penjelajahan
Tahap penjelajahan adalah periode (kira kira dari usia 15 sampai 24
tahun) yaitu seseorang secara serius menjelajahi berbagai alternatif kedudukan.
Orang itu berusaha untuk mencocokan alternatif alternatif ini dengan apa yang
telah dipelajari tentang itu dan tentang minat dan kemampuannya dari
sekolah,kegiatan kegiatan waktu luang,dan kerja.
c. Tahap penetapan
Tahap penetapan kira kira merentang dari usia 24 sampai 44 tahun adalah
jantung dari kehidupan kerja banyak orang. Tahap penetapan itu sendiri terdiri
dari tiga sub tahap :
1). Subtahap
Percobaan : berlangsung dari kira kira usia 25 sampai 30 tahun. Selama
periode ini,orang menetapkan apakah bidang pilihan itu cocok atau tidak: jika
tidak,beberapa perubahan hendaknya diupayakan.
2). Subtahap
pemantapan : kira kira antara usia 30 sampai 40 tahun,disini tujuan
kedudukan perusahaan ditetapkan,dan orang melakukan perencanaan karir secara lebih
eksplisit dalam menentukan urusan promosi,perubahan jabatan,dan/atau kegiatan
pendidikan apa saja yang nampaknya perlu untuk mencapai tujuan.
3). Subtahap
krisis pertengahan karir : antara pertengahan usia tigapuluhan sampai
empatpuluhan,orang sering membuat satu penilaian kembali yang besar atas
kemajuan sehubungan dengan ambisi dan tujuan awalnya. Sering ditemukan bahwa
mereka tidak ingin mewujudkan impian mereka atau bahwa sesudah ini
tercapai,impian tersebut bukan segala galnya yang mereka inginkan.
d.
Tahap Pemeliharaan
Antara usia 45 sampai 60 tahun,banyak orang sesungguhnya beralih dari
tahap pemantapan ke tahap pemeliharaan. Selama periode terakhir ini,orang
terutama menciptakan satu tempat di dunia kerja dan kebanyakan usaha sekarang
diarahkan pada memelihara tempat itu.
e. Tahap Kemerosotan
Begitu mendekati usia pensiun,sering ada periode pelambatan. Di sini
banyak orang menghadapi prospek harus menerima berkurangnya level kekuasaan dan
tanggung jawab serta belajar untuk menerima dan mengembangkan peran baru
sebagai mentor dan mempercayakan tugas tugas sebelumnya kepada orang yang lebih
muda. Selanjutnya yang tak terelakan adalah masa pensiun,yang dimasa ini,orang
menemukan pemanfaatan alternatif atas waktu dan usaha sebelumnya yang
dicurahkan pada pekerjaannya.
f. Mengidentifikasi
Orientasi Okupasi
Ahli penyuluhan karir John Holland mengatakan bahwa kepribadian
seseorang (termasuk nilai,motivasi,dan kebutuhan) adalah penentu penting atas
pilihan karir. Misalnya,seseorang dengan orientasi sosial yang kuat mungkin
tertarik terhadap karir yang mengandung kegiatan interpersonal dan bukannya
terhadap kegiatan intelektual atau fisik dan terhadap kedudukan kedudukan
seperti pekerjaan sosial.
Berdasarkan pada riset dengan Vocational Preference Test (VPT),Holland menemukan
enam tipe atau orientasi kepribadian dasar yaitu :[14]
1. Orientasi Realistik . orang orang ini
tertarik kepada pekerjaan/okupasi yang mencakup kegiatan fisik yang menuntut
keterampilan,kekuatan,dan koordinasi. Contohnya ilmu kehutanan,pertanian,perkebunan.
2. Orientasi Penyelidikan. Orang orang
penyelidik tertarik kepada karir yang mencakup kegiatan kognitif
(berfikir,berorganisasi,memahami) dan bukannya kegiatan afektif
(merasa,bertindak,atau tugas tugas interpersonal dan emosional) contohnya
biolog,ahli kimia
3. Orientasi Sosial. Orang orang ini tertarik
kepada karir yang mencakup kegiatan interpersonal dan bukannya intelektual atau
fisik contohnya Psikologi klinik,jasa asing,dan kerja sosial
4. Orientasi Konvensional. Suatu orientasi
konvensional lebih menyukai karir yang mencakup kegiatan
terstruktur,teratur,juga karir yang pada karir ini diharapkan bahwa karyawan
tidak mendahulukan kebutuhan kebutuhan pribadinya berhadapan dengan kebutuhan
organisasi. Contohnya akuntan , bankir
5. Orientasi Kewiraswastaan. Kegiatan kegiatan
verbal yang bertujuan mempengaruhi orang lain yang tertarik kepada kepribadian
wiraswasta. Contohnya meliputi manajer,ahli hukum,dan eksekutif humas.
6. Orientasi Artistik. Orang orang disini
tertarik kepada karir yang mencakup ekspresi diri,kreasi artistik,ekspresi
emosi,kegiatan individualistik. Contohnya artis,eksekutif periklanan,dan
musisi.
Kebanyakan orang memiliki lebih dari satu orientasi (mungkin
sosial,realistik,dan penyelidikan,misalnya),dan Holland yakin bahwa
semakin serupa atau cocok orientasi orientasi ini,semakin kurang konflik atau
keragu-raguan internal yang akan dihadapi orang tersebut dalam memilih karir.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1. Pengertian Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perencanaan
SDM merupakan kegiatan penentuabn jumlah dan ‘jenis SDM yang diperlukan oleh
suatu organisasi untuk masa yang akan datang (Irawan, 2000). Oleh karena itu
perencanaan SDM adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan peramalan
kebutuhan tenaga kerja di masa datang pada suatu organisasi, meliputi
penyediaan tenaga kerja baru dan penyalahgunaan yang sudah tersedia.
2.
Perencanaan
Desain Pekerja: a. Perluasan Pekerjaan; b. Sasaran-sasaran Disain pekerjaan; b.
Pengukuran
Kerja.
3. Pengembangan
Sumber Daya Manusia Teknik
teknik pelatihan dan pengembangan : a. Sosialisasi,pelatihan dan pengembangan;
b. Manajemen Karir; c. Perencanaan dan Pengembangan karir; d. Peran dalam
pengembangan karir; e. Faktor faktor
yang mempengaruhi pilihan karir; f. Mengidentifikasi langkah karir seseorang
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami wacanakan,
kami sebagai penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan jauh dari hal sempurna
dari makalah ini. Mohon kritik dan saran dari pembaca guna menjadi motivasi
bagi penulis untuk pembuatan makalah selanjutnya. kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko,
Hani T. 1999. Dasar Dasar Manajer Produksi Dan Operasi. Yogyakarta :
BPFE Yogyakarta.
Sukanto Reksohadipproja & Hani Handoko.
2008. Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku. Yogyakarta :
BPFE Yogyakarta.
Gaspersz, Vincent.1998. Manajemen
Produktivitas Total Strategi Peningkatan Produktifitas Bisnis Global.
Jakarta: PT Sun.
[1]
Vincent Gaspersz, Manajemen
Produktivitas Total Strategi Peningkatan Produktifitas Bisnis Global (Jakarta:
PT Sun, 1998).hal.83
[2]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.178
[3]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.179
[4]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.181
[5]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.182-183
[6]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.192
[7]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.194
[8]
Hani T Handoko, Dasar
Dasar Manajer Produksi Dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA,1999) hal.196
[9]
Sukanto Reksohadipproja & Hani
Handoko, Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008).hal.341
[10]Sukanto Reksohadipproja & Hani
Handoko, Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008).hal.342
[11]
Sukanto Reksohadipproja & Hani
Handoko, Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008).hal.354
[12]
Sukanto Reksohadipproja & Hani
Handoko, Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008).hal.359
[13]
Sukanto Reksohadipproja & Hani
Handoko, Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008).hal.360
[14]
Sukanto Reksohadipproja & Hani
Handoko, Organisasi Perusahaan teori, Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta, 2008).hal.362
No comments:
Post a Comment